Esthon Foenay: Potensi Ternak Sapi sebagai Alat Peningkatan SDM di NTT

  • Whatsapp
Gembala menjaga sapi di Kelurahan Liliba, Kota Kupang, NTT, Kamis (7/7/2022). Foto: lintaasntt.com

Kupang – Sapi dipelihara untuk dimanfaatkan sebagai pangan manusia. Di Nusa Tenggara Timur, sapi bukan saja sebagai pangan, melainkan menjadi bagian dari kebudayaan, dari waktu ke waktu dan sudah berlangsung sejak dulu.

Ir. Esthon Leyloh Foenay, M.Si. lahir pada 3 Agustus 1948 ini adalah Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur periode 2008-2013.

Ia menamatkan studi sarjana peternakan di Universitas Nusa Cendana pada tahun 1979. Esthon melanjutkan karir menjadi abdi negara pada pemerintahan daerah provinsi NTT hingga pada akhirnya di tahun 2008 terpilih menjadi Wakil Gubernur NTT.

Esthon sebagai seorang ahli di dunia peternakan melihat NTT dari tahun ke tahun mengalami dinamika jatuh-bangun dalam hal ternak khususnya sapi, hal tersebut yang membuat provinsi yang terdiri dari ribuan pulau ini harusnya sudah mandiri untuk mengelola sumber daya ternak yang ada.

“Ada banyak hal yang digunakan untuk menjadikan ternak khususnya ternak sapi ini terpelihara dengan baik. Sekarang jika berbicara tentang sapi, sama dengan kita bicara tentang protein hewani yang sangat penting untuk meningkatkan gizi serta menjadi sumber utama peningkatan sumber daya manusia (SDM). Memang benar, harus diakui bahwa perkembangan ternak sapi yang dahulu dan sekarang itu tidak sama, mulai dari kualitas maupun kuantitasnya. Walaupun kini sapi tidak diekspor sebanyak dulu, kini sapi sudah mulai menjadi bahan konsumsi masyarakat NTT sendiri. Saya berpikir bahwa dinamika pertumbuhan daging sapi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk sekarang rasanya tidak akan cukup, bahkan kini NTT harus melakukan permintaan tambahan untuk pasokan daging sapi. Tetapi jika kita maknai lebih lanjut ini menunjukan bahwa kualitas hidup manusia di NTT semakin membaik,” jelas Esthon belum lama ini.

Kini, para peternak di NTT lebih dominan mendistribusikan ternak hidup daripada mengolah terlebih dahulu ternak yang ada untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi.

Setelah menjual ternak yang hidup, hasil penjualan itu di pergunakan lagi untuk membeli daging ternak yang sama di pasar atau supermarket yang harganya jauh lebih tinggi.

“Masyarakat memang masih jauh dari pengetahuan akan pengelolaan sumber daya ternak yang ada, ini menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah untuk ikut mengintervensi para peternak dengan memberikan edukasi berupa pelatihan berwirausaha dan beternak dengan baik agar sesuai dengan perkembangan zaman.” lanjut Esthon

Masyarakat sudah semakin pintar dalam memilih makanan untuk dikonsumsi, sehingga bukan saja sapi, namun, ikan, ayam, kambing, dan hewan ternak lainnya pun juga dipilih untuk dikonsumsi sehingga tingkat jual beli dalam daerah pun semakin lancar dan bentuk ternak apapun jika dikerjakan dengan baik akan mendapatkan hasil yang baik pula.” lanjut Esthon

Esthon mengungkapkan bahwa NTT memiliki keunggulan dalam bidang ternak sehingga tidak perlu menggunakan ide yang terlalu tinggi yang akan membuat hal mudah menjadi berbelit-belit, karena dalam memajukan potensi ternak di NTT ini, kita hanya perlu lakukan cara yang sederhana dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan dari masyarakat di NTT.

Maka dari itu pemerintah harus memfasilitasi masyarakat yang beternak untuk bisa menjadi ahli dalam mengerjakan itu. (paul)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.