Obyek Wisata Pantai Teres Tak Terurus, Perlu Sentuhan Swasta?

  • Whatsapp
Foto: Lintasntt.com/jemi

Kupang – Jika ada yang pernah mengunjungi obyek wisata pantai Teres di kelurahan Buraen kecamatan Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, NTT saat awal setelah diresmikan pemanfaatannya dan saat ini ingin berkunjung lagi ke obyek wisata tersebut maka akan mendapatkan kondisi atau suasana yang berbeda.

Kalau sebelumnya obyek wisata tersebut ramai didatangi wisatawan karena keindahan alam pantai, fasilitas lengkap, gagah dan lingkungan yang nyaman maka tidak seperti itu yang terlihat saat ini.

Read More

Sabtu (3/5/2024) siang sekitar jam 12.00 Wita, media ini tiba di obyek wisata berjarak tempuh sekitar 1,5 jam dari Kota Kupang, ibu kota provinsi NTT tersebut.

Seorang pria duduk di dalam pos lintas masuk. Pria ini menghentikan kendaraan dengan menarik tali yang terikat diujung sebatang bambu dan batang bambu inipun memalang jalan.

Dari dalam pos jaga tersebut, pria itu datang menghampiri dan meminta membayar pas masuk ke obyek wisata tersebut Rp 10.000/orang dewasa dan Rp5.000 untuk anak-anak. Terlihat ada segenggam kertas seperti karcis ditangan.

“Ada tiga orang jadi 30 ribu tapi sudah kasin Rp20 ribu saja,”kata pria ini tanpa menyodorkan kertas yang ada ditangannya. Kami mengikuti apa yang disampaikan pria itu. Bambu terangkat dan kami melaju terus ke kawasan wisata tersebut.

Sebelum sampai ke pantai Teres, ada obyek wisata Fatubraon yang siang itu terlihat sepi dari kendaraan, sepertinya tak ada pengunjung. Wisata pantai Teres tak jauh dari obyek Fatubraon.

Di kawasan obyek wisata pantai Teres juga sepi, sejumlah lopo yang berdiri berjejer di tepi pantai tak ada satu orang pun yang berteduh. Kami kemudian beranjak ke area wisata lainnya tempat sejumlah bangunan besar dan kecil berdiri.

Untuk sampai ke area diatas bukit tersebut kita harus melewati jalur berbatu sekitar 20-30 meter. Tak terurus itu kesan yang muncul saat kami berada dalam area tersebut. Di sekeliling area tumbuh rumput liar yang mulai menjalar masuk ke halaman bangunan yang ada.

Atap maupun dinding bangunan bertulis aula serba guna dan beberapa bangunan lainnya tampak rusak.  Bola Lampu penerangan tak terpasang disejumlah sudut bangunan yang ada. Air juga demikian. Dalam aula serba guna hnya ada beberapa kursi dan dua meja.

Hartono dan Barca, dua warga luar kabupaten Kupang yang datang bersama media ini mengakui kalau letak bangunan di obyek wisata tersebut sangat strategis karena berada diatas bukit sehingga menyajikan view alam pantai dan angin laut membuat kenyamanan tersendiri bagi wisatawan yang datang.

Namun sayang kata Barca, fasilitas yang ada dibiarkan begitu saja padahal pembangunannya memakan anggaran besar.

Menurutnya obyek wisata tersebut bisa mendatangkan pendapatan besar bagi daerah namun tergantung kreatifitas dan inovasi dari pemkab Kupang. “Perlu ada event yang digelar disini, bisa seminggu atau sebulan sekali biar bisa tarik orang kesini. Bangunan bangunan yang ada juga sebenarnya bisa untuk kegiatan rapat-rapat OPD. Pokoknya perlu ide kreatif dari pemkab sebagai pengelola saja,” katanya.

Hartono mengatakan jika pemkab tak mampu untuk mengelola pemkab mungkin bisa bekerjasama dengan pihak swasta untuk mengelola obyek tersebut. “Bisa juga dikontrakkan ke pihak swasta, untuk kelola jadi pemkab berkontrak dengan swasta, tinggal disepakati berapa nilai kontraknya tiap tahun,” kata Hartono, pengusaha asal Jawa Timur ini. (Jmb)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.