Riskesdas 2018: 43 Persen Anak di NTT Menderita Stunting

  • Whatsapp
Ilustrasi

Kupang – Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nusa Tenggara Timur yang dirilis pada Desember 2018, menyebutkan sebanyak 43 persen dari 2,2 juta anak di daerah itu menderita stunting.

Data ini adalah analisa situasi yang dilakukan Unicef pada 2019 dalam rangka penetapan prioritas program dukungan di NTT dalam kerjasama dengan Pemerintah RI Tahun 2021-2025.

Read More

Kepala Kantor Perwakilan Unicef untuk NTT dan Nusa Tenggara Barat, Yudhistira Yewangoe menyebutkan angka tersebut tertinggi dibandingkan provinsi lainnya.

“Masalah gizi berdampak terhadap stunting masih menjadi tantangan berat di daerah itu. Selain itu, sebanyak 20 persen berada di bawah garis kemiskinan, dan 14 persen memiliki berat badan rendah,” katanya seperti dikutip dari siaran pers Rapat Pembuka Program Kerjasama antara Unicef dan Bappelitbangsa NTT, Jumat (25/6/2021).

Tidak itu saja, data cakupan imunisasi menunjukkan baru 44 persen anak yang sudah mendapat imunisasi lengkap. Adapun angka kematian anak di bawah lima tahun menurun, namun angka kematian bayi baru lahir masih stagnan sejak 1997.

“Dalam perlindungan anak, NTT masuk di tiga provinsi terbawah dalam cakupan pembuatan akta kelahiran anak di bawah lima tahun,” ujarnya.

Staf Khusus Gubernur NTT Bidang Hubungan Kerjasama Antar Lembaga, Anwar Pua Geno mengatakan, meskipun dalam pertumbuhan ekonomi yang positif, NTT masih berkutat dalam masalah dasar yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) seperti gizi buruk dan stunting, tingkat kematian ibu, bayi dan balita, air bersih dan sanitasi serta masalah perlindungan anak dan pendidikan yang terbatas.

“Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota NTT membutuhkan dukungan, partisipasi dan kerjasama lembaga mitra, internasional maupun nasional dalam membangun dan memajukan NTT,” kata Dia. (mi)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *