Gubernur Laiskodat Hadirkan Ekosistem Baru Pertanian yang Didukung Bank NTT

  • Whatsapp
Foto: dok Humas Bank NTT

Kupang – Saat ini, Pemerintah Provinsi NTT sedang gencarnya berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten untuk merealisasikan sebuah visi besar, memakmurkan petani-petani NTT.

Ada ekosistem baru dalam betani yang dihadirkan, yakni pembiayaan pertanian oleh perbankan. Dari pupuk, bibit hingga off taker untuk membeli seluruh hasil pertanian tersebut.

Read More

Program Tanam Jagung Panen Sapi (TJPS) yang adalah visi besar Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat terus dikembangkan. Ada sosialisasi yang langsung dibuktikan dengan penanaman secara simbolis dimana-mana.

Bank NTT sebagai bank kebanggaan masyarakat Nusa Tenggara Timur pun tak tinggal diam. Hadirlah skim kredit Mikro Merdeka, untuk memfasilitasi petani mendapatkan kredit dengan berbagai keringanan. Yakni merdeka dari bunga, merdeka dari rentenir, dan yang membuat nyaman adalah, merdeka dari agunan. Masyarakat benar-benar terbantu untuk memulai era baru dalam bertani.

“Kita perlu memberikan penghargaan, penghormatan, dan apresiasi untuk petani di desa yang sudah bekerja keras. Kalau ada 1.200 hektare maka hasil yang dicapai bisa mencukupi untuk suplay bahan baku jagung untuk pabrik pakan ternak, karena 1.200 hektare itu sama dengan 9.000 Ton dan cocok dengan kebutuhan pabrik pakan ternak selama setahun,”demikian Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi NTT, Lecky F. Koli.

Gubernur VBL sangat bergairah, ingin segera menyaksikan petani-petaninya sejahtera. Tak pelak, ia pun hadir hingga ke pelosok-pelosok desa di NTT untuk memastikan bahwa program TJPS berjalan baik dan direspons sangat antusias oleh masyarakat petani di desa-desa. “Bapak gubernur hadir dan menyaksikan sendiri hasil panen dan kerja keras para petani selama 100 hari dan mampu membuktikan bahwa hasil yang dicapai bisa 7,5 Ton per hektare,”tambah Lecky.

Produktifitas yang tinggi merupakan aset yang harus dilakukan secara sustainable sehingga kedepan dapat memberikan kontribusi positif dalam bidang pertanian, khususnya untuk pemenuhan kebutuhan pabrik pakan ternak di NTT yang segera beroperasi.

Ini skenarionya bahwa jika satu hektar menghasilkan 7,5 jagung dari semula 2-3 ton saja, maka saat ini sedang digarap 1.200 hektare, dan semuanya masuk dalam skala sangat baik.

“Artinya paket sapi harus masuk, ayam 25 ekor, babi 5 ekor dan kambing 5 ekor semuanya harus masuk. Kita akan buktikan satu bulan kedepan setelah off taker datang untuk membeli jagung, dan akan kelihatan berapa banyak ternak yang dihasilkan dari 1.200 hektare (ha) TJPS, dan kalau itu semua betul terjadi maka semua tenaga pendamping akan mendapat insentif yang anggarannya telah disiapkan,” ujar Luky.

Yang membanggakan dari program ini adalah TJPS itu bukan sekedar program tanam jagung, tetapi ada satu skenario yang bertujuan untuk membangun ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi masyarakat.
“Sehingga, jangan dilihat ini sebagai tanam jagung saja, tetapi merupakan sebuah proses untuk mengangkat persolan-persoalan kemiskinan, kekurangan pangan, ekonomi, stunting dan masalah lainnya,”ujar Luky.

Gubernur Minta Kontribusi Bank

Berawal dari Pertemuan Triwulan III Forum Komunikasi Lembaga Jasa Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang bertempat di Aula Nembrala Lt.3 Gedung Bank Indonesia, September lalu.

Saat itu, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL) meminta perbankan maupun lembaga jasa keuangan nonbank untuk memberikan kontribusi nyata pembiayaan pada proyek pertanian seperti pengadaan alat untuk mendukung produktivitas hasil pertanian serta tercapainya tranformasi digital pada sektor tersebut.

“Yang kita butuhkan sekarang ini adalah investasi dalam dunia pertanian, dalam kondisi ini pertanian di NTT sangat membutuhkan alat berat. Karena ini menjadi masalah serius jika tidak segera ditangani oleh kita semua. Tapi jika kita intervensi dengan alat berat, otomatis lahan-lahan di NTT yang sebelumnya susah digarap, akan jadi berguna untuk kita olah secara maksimal,” tegas Gubernur Viktor.

Kebutuhan alat-alat berat tersebut tidak hanya berhenti pada pengolahan lahan tetapi juga penanaman hingga masa panen. Terlebih, jika potensi lahan di NTT mencapai lebih dari 5.000 hektar tentu tidak akan dapat dilakukan dengan cara-cara konvensional.

Karena itu dengan hadirnya ekosistem baru tersebut, dia percaya, akan mendatangkan banyak manfaat bagi petani. Karena ada efisiensi lahan dan juga peningkatan hasil serta kepastian dalam pemasaran.

Bank NTT Dukung Penuh

Jangan ditanya tentang keseriusan Bank NTT dalam mendukung program pemerintah. Mereka dengan sigap mengeksekusinya.

Direktur Utama Bank NTT, Harry Alexander Riwu Kaho menjelaskan BPD NTT, menyiapkan Kredit senilai Rp. 3,1 miliar. Dana tersebut untuk membiayai 436 ha lahan usaha pertanian yang tersebar di 9 Kabupaten di NTT.

Kebijakan pemberian kredit untuk usaha pertanian katanya, sejalan dan selaras dengan Program Pemerintah Provinsi NTT melalui Dinas Pertanian yakni Program TJPS. Bank NTT membiayai kredit usaha petani tersedia melalui Skema Pembiayaan Ekosistem Pertanian, yang berada dalam kendali Divisi Kredit Mikro, Kecil dan Konsumer (DKMKK).

“Kredit untuk Ekosistem Pertanian sudah kami rancang dari hulu sampai hilir. Data Calon Petani Calon Lahan (CPCL), akan dipergunakan pihak Bank NTT, sebagai data untuk masuk dalam sistem pembiayaan ini,”katanya.

Masih menurutnya, syarat pemberian kredit usaha petani minimal ada lahan 500 meter persegi. Sedangan persyaratan administrasinya cukup menyerahkan KTP, KK dan Wajib memiliki Rekening Bank NTT. Pihak Bank BPD NTT sudah menyediakan Off Taker/supplier yang menyediakan bibit jagung dengan patokan harga dan standar yang sama untuk semua.

Bagaimana kalau dalam pelaksanaan program ini gagal? Harry menjelaskan pihaknya sudah menyiapkan penjamin “Ada juga pihak yang menjamin resiko dari kredit ini. Kalau gagal, tinggal ditetapkan dari Dinas Teknis dalam hal ini Dinas Pertanian atau Bupati bahwa memang gagal karena serangan hama atau akibat bencana alam,”paparnya.

Dana ini sudah siap digelontorkan ke petani untuk program ini. Lebih jauh dikatakan Harry bahwa misi lain dari program adalah ingin merubah mindset petani yang ada di NTT.

Lahan kita sangat luas, bahkan banyak yang dibiarkan tidur. Yang ada hanya diolah untuk stok pakan setahun. Namun jika didesain untuk menghasilkan income, tentu sangat baik.

Dirincikannya, tujuan Penggunaan Kredit Ekosistem Pertanian di NTT yakni membiayai Sarana Produksi Pertanian (Saprodi), Investasi Pembelian Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan), biaya hidup selama masa tanam/biaya tenaga kerja. “Dalam hitungan kami, jika sebelum adanya intervensi, lahan 1 Ha produksinya menghasilkan 4-5 ton, bisa kita tingkatkan sampai 7 ton per Ha, tentu dengan adanya penambahan Saprodi, Alsintan dan RAB kerja,” urainya.

Syarat bagi mereka yang mau diakomodir dalam program ini yakni mendapatkan pembiayaan ekosistem pertanian adalah petani yang memiliki pengalaman minimal 5 tahun. Harus dibuktikan dengan surat keterangan usaha dari Kepala Desa atau Lurah setempat, atau minimal petani tersebut telah terdaftar sebagai petani atau anggota Kelompok Tani yang diperkuat dengan Keputusan Kepala Dinas Pertanian. (*/berbagi sumber/Humas BPD NTT)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.