YPTB Membuat Petisi kepada Perdana Menteri Australia

  • Whatsapp

 

Ferdi Tanoni
Ferdi Tanoni

KUPANG—LINTASNTT.COM:   Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) membuat sebuah petisi kepada PM Australia Tony Abbott untuk segera melakukan penyelidikan terhadap dampak tumpahan minyak di perairan Indonesia akibat meledaknya kilang minyak Montara di Laut Timor pada Agustus 2009.

“Petisi yang kami buatkan ini adalah sebuah perjuangan besar atas dasar rasa kemanusiaan, karena puluhan ribu nelayan serta petani rumput laut di wilayah pesisir selatan Kepulauan Nusa Tenggara Timur telah kehilangan mata pencaharian pascameledaknya kilang minyak Montara di Laut Timor empat tahun lalu,” kata Ketua YPTB Ferdi Tanoni kepada lintasntt.com, Sabtu (9/11).

Pimpinan YPTB  Ferdi Tanoni yang baru-baru ini terpilih sebagai pemenang tunggal penghargaan Keadilan Sipil 2013 dari Aliansi Pengacara Australia (ALA) ini mendapat dukungan penuh dari beberapa elemen penting di Australia terkait dengan upaya-upaya kemanusiaan yang dilakukannya sehubungan dengan masalah pencemaran tersebut.

ALA telah mengutus beberapa orangnya ke Kupang dan Pulau Rote untuk menyelidiki langsung dampak pencemaran dan kesulitan yang dihadapi masyarakat petani dan nelayan di wilayah pesisir, dan mendapat sejumlah bukti terkait dengan pencemaran tersebut.

Meledaknya kilang minyak Montara di Blok Atlas Barat Laut Timor itu, telah menumpahkan ratusan ribu liter minyak ke Laut Timor selama sekitar 74 hari,angin dan arus mendorong tumpahan minyak itu menuju ke selatan Indonesia di sekitar Kepulauan Nusa Tenggara Timur.

Upaya yang dilakukan Pemerintah Australia bersama perusahaan pencemar PTTEP Australasia dengan cara menyemprotkan ratusan ribu liter bubuk kimia dispersan guna menenggelamkan tumpahan minyak ke dasar Laut Timor, sama sekali tidak membuahkan hasil, malah menciptakan masalah pencemaran baru dari zat kimia beracun tersebut.

Ferdi yang juga mantan agen Imigrasi Kedubes Australia itu mengatakan bubuk kimia beracun ini terdilusi sehingga menyerupai air susu, namun dengan cepat menyebar ke wilayah perairan Indonesia yang menjadi daerah tangkapan para nelayan serta mencemari ribuan hektare wilayah perairan budidaya rumput laut yang menjadi sumber kehidupan para petani pesisir selama ini.

“Hanya dalam tempo dua minggu setelah kilang minyak Montara meledak, para nelayan NTT mendapatkan ribuan ekor ikan, termasuk di antaranya hiu dan lumba-lumba, mati dan menggelepar serta ribuan hektare rumput laut hasil budidaya petani pesisir mati secara misterius, dan hasil tangkapan nelayan pun turun drastis sampai pada titik 80 persen,” katanya.

Selain itu, sekitar 12 orang meninggal secara misterius setelah makan ikan yang diduga sudah terkontaminasi dengan zat beracun yang disemprotkan dari kilang minyak Montara, dan ada juga mengalami sakit kronis seperti kista berisi nanah dan badan memar yang tidak bisa terobati.

Atas dasar tragedi tersebut, kata Tanoni, YPTB memandang penting untuk melayangkan petisi kepada PM Australia Tony Abbott agar segera mungkin dilakukan sebuah penyelidikan yang independen menganai dampak lingkungan, sosial dan ekonomi yang dialami masyarakat pesisir NTT, dengan didanai oleh perusahaan pencemar PTTEP Australasia.

“NTT adalah tetangga terdekat Australia dan ada banyak hubungan kekeluargaan yang kuat di antara masyarakat kita. Kita harus berusaha untuk bisa menjadi lebih seperti saudara dan saudari sendiri dari pada seperti orang asing yang tinggal di negara yang berbeda,” demikian Ferdi Tanoni, penulis buku “Skandal Laut Timor, Sebuah Barter Ekonomi Politik Canberra-Jakarta” itu.(GBA)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.