Wagub NTT Peraih Medali Emas SEA Games Singapura, Legenda Hidup Tinju Indonesia

  • Whatsapp

Kupang – Foto lawas tahun 1983 memperlihatkan tiga petinju Indonesia, Wahab Bahari (kiri), Fransisco Lisboa (tengah), dan Johni Asadoma (kanan), berpose dengan busana kontingen SEA Games XII di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 24 Mei 1983.

Potret tersebut kembali ramai diperbincangkan karena menampilkan sosok Johni Asadoma, yang kini menjabat sebagai Wakil Gubernur (Wagub) Nusa Tenggara Timur (NTT), ketika masih berada di masa kejayaannya sebagai atlet nasional.

Read More

Ketiga petinju itu merupakan bagian dari skuad tinju Indonesia yang berlaga pada SEA Games XII di Singapura, yang berlangsung 28 Mei – 6 Juni 1983.

Foto tersebut kini menjadi bagian penting dalam sejarah kejayaan tinju Indonesia di kancah Asia Tenggara.

Pada ajang itu, ketiganya tampil gemilang dan masing-masing mempersembahkan medali bagi Merah Putih.

Johni Asadoma, yang saat ini dikenal sebagai pejabat publik di NTT sekaligus mantan jenderal polisi, menjadi bintang kontingen tinju setelah meraih medali emas kelas 48 kg.

Ia mengalahkan petinju Thailand, Mayedoror Wansuradej di partai final, sebuah kemenangan yang menegaskan statusnya sebagai salah satu petinju terbaik Indonesia pada era tersebut.

Wahab Bahari turut menyumbangkan medali perak di kelas 45 kg setelah berduel dengan petinju Filipina, Nelson Jamili.

Sementara Fransisco Lisboa meraih medali perunggu kelas 67 kg usai dihentikan Samruay Mongsong dari Thailand di semifinal.

Selain tiga petinju yang tampil di foto, Inggrisannya emas juga datang dari nama-nama lain seperti Jonas Giay (kelas 75 kg) dan Lodwyk Akwan (kelas +81 kg).

Sejumlah atlet lain seperti Mika Tobing, Adi Swandana, dan Wahab Bahari juga turut menambah koleksi perak dan perunggu.

Rangkaian prestasi para petinju tersebut turut mengantarkan Indonesia meraih gelar juara umum SEA Games XII 1983, dengan total 64 emas, 67 perak, dan 54 perunggu.

Keberhasilan itu menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah olahraga nasional, sekaligus menegaskan era keemasan tinju Indonesia pada dekade 1980-an.

Hingga kini, sosok Johni Asadoma dikenal bukan hanya sebagai legenda hidup tinju Indonesia, tetapi juga sebagai pemimpin daerah yang membawa semangat sportivitas dan ketangguhan dari ring tinju menuju pengabdiannya sebagai Wakil Gubernur NTT.

Awal Karir dan Lompatan Besar di Dunia Tinju

Karier tinju Johni Asadoma tidak muncul secara tiba-tiba. Perjalanannya dimulai lebih awal dan penuh pencapaian.

Pada tahun 1982, ia meraih medali emas Kejuaraan Tinju Kota Kupang, sebuah titik awal yang langsung diikuti prestasi beruntun.

Masih di tahun yang sama, Johni kembali meraih emas Kejuaraan Tinju Piala Pangdam Udayana di Mataram, NTB, kemudian medali perunggu Kejurnas Tinju di Semarang. Prestasinya terus melejit.

Di tingkat nasional, Johni meraih emas Pra-PON 1984 di Lampung, dan emas Kejuaraan Internasional Piala Presiden 1984 di Jakarta. Puncak kariernya adalah ketika ia mewakili Indonesia di Olimpiade Los Angeles 1984 pada cabang tinju.

Johni Asadoma juga menorehkan nama sebagai Wasit Tinju Internasional AIBA dan menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Pertina periode 2016–2020.

Dalam sejarah olahraga Indonesia, hanya ada dua mantan atlet yang pernah memimpin induk cabang olahraga nasional, yakni Johni Asadoma di Pertina dan Ferry Sonneville, legenda bulu tangkis, di PBSI (1981–1985).

Untuk daerah Nusa Tenggara Timur, Johni juga menjadi salah satu dari sedikit putra daerah yang pernah tampil di Olimpiade, bersama Eduardus Nabunome (Atletik, Olimpiade Seoul 1988) dan Hermensen Balo (Tinju), tampil di Olimpiade Sydney 2000. (*/gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *