Imigran Sering Lolos di Bandara El Tari Dipertanyakan

  • Whatsapp
Bandara El Tari/Foto: Dokumen

KUPANG–LINTASNTT.COM: Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menuding penjagaan di terminal kedatangan Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dinilai kurang maksimal.

Akibatnya, banyak imigran gelap selalu lolos melalui bandara tersebut. Bahkan imigran yang lolos dari bandara itu baru tertangkap petugas kepolisian setelah tinggal di hotel dan mereka berbuat masalah.
“Antara lain tidak membayar hotel,” kata Ketua PHRI NTT Leonardus Adrian dalam Rapat Koordinasi Penanganan Penyelundupan Manusia di Kupang, Senin (21/10).

Kejadian terakhir, sebanyak 25 imigran asal Timur Tengah menunggak  tagihan hotel di Kota Kupang sebesar Rp42,9 juta, sehingga dilaporkan pemilik hotel ke polisi. Imigran tersebut menginap sejak 24 Agustus hingga 9 September.

Ada juga imigran yang lolos dari bandara, langsung memyewa perahu motor milik nelayan Kupang untuk diangkut ke Australia tanpa diketahui aparat keamanan. Oleh karena itu, Leonardus mempertanyakan pengawasan yang dilakukan petugas mulai dari bandara kedatangan saat tiba di Kupang.

Sementara itu, Bupati Rote Ndao Leonard Haning mengatakan penyeludupan imigran ke Australia selalu melibatkan nelayan asal Pulau Rote. Sebab, selain menguasai perairan antara Indonesia dan Australia, nelayan pulau itu juga senang mengantar imigran ke Australia karena sering dijanjikan uang dalam jumlah besar. “Padahal nelayan sering dibayar murah,” katanya.

Leonard minta pihak kepolisian tidak menjadikan nelayan yang rata-rata berpendapatan rendah tersebut sebagai target penangkapan, tetapi harus menangkap jaringan imigran mulai dari Jakarta hingga Kupang.

Sejumlah peserta rakor juga minta pemerintah tidak memanjakan imigran yang ditampung di rumah detensi imigrasi (rudenim). Hal ini terkait dengan gaya hidup imigran yang dinilai mewah, jauh berbeda dengan kehidupan warga yang bermukim di dekat rudenim. Seorang imigran yang ditampung di rudenim setiap bulan menghabiskan anggaran sekitar Rp7 juta, terutama untuk kebutuhan makan. (Metrotvnews.com/Palce Amalo)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.

1 comment

  1. Sudah bukan waktunya lagi bagi kita NTT untuk bicara halus terhadap kasus imigran gelap. Kita perlu bucara keras kepada Imigrasi Indonesia yg secara terstruktur meloloskan imigran ke NTT dan membiayai hidup mereka. Ini sebuah konspirasi nasional yg disengaja untuk menjadikan NTT sebagai daerah transit immigrant dengan maksud busuk tertentu dari tingkat pusat!!!