Tiga Kota IHK di Nusa Tenggara Timur Alami Inflasi 0,42%

  • Whatsapp
Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur, Stefanus Donny H Heatubun / Foto: lintasntt.com

Kupang – Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Timur (NTT) mencatat pada Oktober 2023 gabungan tiga kota dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) di daerah itu tercatat mengalami inflasi sebesar 0,42%. Pada September 2023, gabungan tiga kota ini tercatat deflasi sebesar 0,08% (mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia NTT, Donny Heatubun di Kupang, Sabtu (4/11) mengatakan, tingkat inflasi tersebut lebih tinggi dari rata-rata Oktober dalam tiga tahun terakhir yang tercatat inflasi sebesar 0,13% (average mtm), juga lebih tinggi dibandingkan Nasional yang pada Oktober 2023 mengalami inflasi sebesar 0,17% (mtm).

Secara tahunan, inflasi gabungan di NTT sebesar 2,37% (yoy) atau masih terjaga dalam rentang sasaran 3 ± 1%, serta lebih rendah dib andingkan inflasi Nasional yang tercatat sebesar 2,56% (yoy).

Dilihat dari sumbernya, sumbangan inflasi terbesar berasal dari kelompok komoditas transportasi yang memberikan andil inflasi sebesar 0,25% (mtm). Hal tersebut terutama disumbang oleh kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan pola historis menjelang akhir tahun.

Selain itu,penyesuaian harga BBM non-subsidi per 1 Oktober 2023 turut mendoong inflasi kelompok transportasi.Kemudian, kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga turut menyumbang inflasi. Beras menjadi faktor utama pendorong inflasi di tengah belum masuknya masa panen di sejumlah daerah pemasok.

Selain itu, beberapa komodias lainnya seperi sawi hijau, daging ayam ras, dan ikan kakap merah juga menjadi penyumbang inflasi kelompok. Andil komoditas penyumbang inflasi terbesar yakni beras,angkutan udara, sawi hijau, bensin, dan biaya print masing-masing sebesar 0,27%; 0,22%; 0,17%;0,03%;0,03%.

Menurutnya, Inflasi yang lebih tinggi pada bulan Oktober 2023 tertahan oleh menurunnya harga beberapa komoditas, di antaranya tomat, ikan tembang, daging babi, ikan tongkol, dan sawi putih dengan andil masing-masing sebesar -0,08%; -0,06%; -0,04%; -0,04%; dan -0,03%.

“Komoditas hortikultura seperti tomat dan sawi putih masih melanjutkan penurunan harga seiring dengan kondisi curah hujan yang stabil mendukung produksi secara umum,” ujarnya.

Selain itu, tambah Heatubun, hasil tangkapan nelayan yang terjaga sepanjang Oktober juga menjadi penyebab deflasi komoditas ikan-ikanan khususnya ikan tembang dan ikan tongkol.

Adapun dari tiga kota pengukuran IHK di Provinsi NTT, seluruhnya mengalami inflasi. Kota Kupang mengalami inflasi tertinggi yakni sebesar 0,47% (mtm), diikuti oleh Waingapu dan Maumere yang juga mencatat inflasi masing-masing sebesar 0,30% (mtm) dan 0,18% (mtm).

Secara tahunan, Maumere mencatat inflasi tertinggi yakni sebesar 4,07% (yoy), diikuti oleh Waingapu sebesar 3,92% (yoy) dan Kota Kupang sebesar 1,98% (yoy).

Nilai Tukar Petani

Untuk Nilai Tukar Petani (NTP) NTT Oktober 2023 tercatat sebesar 97,38, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 97,52.Penurunan NTP ini terutama disebabkan oleh menurunnya NTP pada hampir seluruh subsektor kecuali tanaman pangan.

NTP NTT yang tercatat masih di bawah indeks 100 mengindikasikan bahwa biaya hidup dan biaya produksi yang dibayar oleh petani lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang diterima dari penjualan hasil produksi.

Akselerasi program pengendalian inflasi perlu terus didorong melalui penguatan sinergi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai wilayah. Bank Indonesia bersama Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di wilayah Provinsi NTT menunjukkan komitmen tersebut melalui sinergi program pengendalian inflasi.

Upaya yang telah dilakukan sepanjang bulan Oktober antara lain rapat koordinasi TPID kabupaten, kota dan provinsi di NTT bersama Kemendagri.

Rapat koordinasi TPID Kota Kupang dan Kabupaten Sumba Timur, pemasangan LED (display harga) di 3 pasar utama Kota Kupang, sidak pasar dan operasi pasar murah di Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Nagekeo, Sabu Raijua, Sumba Timur,Sumba Barat, Sumba Tengah, Ende,Sikka, Manggarai, dan Manggarai Timur, gerakan pangan murah di Kabupaten Manggarai, Timor Tengah Utara, Malaka, Sumba Timur, Sumba Barat Daya, Ende, dan Manggarai Barat, serta penandatanganan MoU dan PKS pengendalian hama belalang dan Expo Hortikultura Sekolah Lapang “Rumah Kita”.

“Bank Indonesia mengapresiasi peran aktif seluruh pihak yang terus melakukan sinergi dan kolaborasi dalam melakukan extra effort koordinasi kebijakan pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) di seluruh NTT,” ujarnya.

“Berkat kerja keras seluruh stakeholders,kita telah berhasil memperoleh penghargaan TPID Awards pada tahun ini untuk kategori TPID Provinsi Terbaik(TPID Provinsi NTT), TPID kabupaten dan kota IHK terbaik (TPID Kota Kupang), dan TPID Kabupaten/Kota Non IHK Terbaik (TPID Kabupaten Sabu Raijua), serta penghargaan SPHP Awards untuk kategori kabupaten/kota inflasi terendah yang diperoleh oleh Kabupaten Sumba Timur,” kata Dia.

Ke depan, lanjutnya, Bank Indonesia memprakirakan inflasi IHK dapat tetap terjaga dalam sasaran 3,0±1% pada akhir tahun 2023. Kami mengajak seluruh pihak untuk terus memperkuat koordinasi, sinergi, dan kolaborasi guna memastikan terkendalinya inflasi tersebut. (*)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *