Puji Prabowo, putri Amien Rais kritik Jokowi lewat surat terbuka

  • Whatsapp
Prabowo-Hatta
Prabowo-Hatta

Dari Nijmegen, Belanda, anak keempat mantan Ketua MPR Amien Rais, Tasniem Fauzia Rais, menulis surat terbuka untuk Joko Widodo (Jokowi). Dalam surat itu, Tasniem banyak mengkritik calon presiden nomor urut dua itu yang dia nilai tidak menepati janji menunaikan masa jabatan sebagai Gubernur DKI.

Sebaliknya, sama seperti bapaknya yang merupakan Ketua MPP PAN, perempuan berjilbab ini banyak menyanjung Prabowo Subianto. Berikut surat terbuka Tasniem yang dikutip dari dinding Facebook-nya, Jumat (27/6):

Jika anda, siapa saja yang membaca ini kenal dengan Bapak Jokowi, Mohon sampaikan surat ini kepada beliau.

Suratku untuk Yang Terhormat Bapak Jokowi,

Yang saya hormati Bapak Jokowi calon presiden Indonesia,

Dear Pak Jokowi, ini adalah surat dari salah satu anak bangsa Indonesia, yang ingin menyatakan beberapa hal kepada bapak, semoga ketika bapak membaca surat ini, bapak sedang sendiri, dan bisa menggunakan surat ini untuk perenungan bapak secara pribadi.

Yang terhormat bapak Jokowi, ketika anda mengucapkan sumpah di bawah Al-Quran untuk menjadi gubernur DKI Jakarta, apakah anda masih ingat itu Pak? Mengapa bapak seolah-olah lupa dengan janji bapak kepada masyarakat dan juga janji bapak kepada Tuhan YME untuk melaksanakan tugas bapak hingga Jakarta beres? Saya hanya berharap Bapak masih ingat janji dan sumpah itu. Sebuah sumpah dan janji bukankah harus ditepati Pak

Yang terhormat bapak Jokowi, apakah menurut bapak, menurut hati nurani bapak yang paling terdalam, bapak mampu memimpin 250 juta manusia dan rakyat Indonesia? Sedangkan tanggung jawab di Jakarta saja belum terpenuhi, Bapak malah mau mencoba mengemban tanggung jawab yang lebih berat lagi? apakah anda yakin MAMPU mengemban amanat 250 juta rakyat Indonesia yang kebanyakan masih kelaparan ini bapak? Saya mohon bapak bisa menggunakan hati nurani Bapak, pikiran jernih Bapak, bertanya kepada diri sendiri Apakah saya mampu? Apakah saya punya kapabilitas untuk menjadi pemimpin dari tugas dan amanah yang tidak main-main ini?

Yang terhormat bapak Jokowi, saya mohon anda mau menanyakan kepada batin bersih dan batin suci bapak, untuk bertanya kepada diri sendiri, apakah jika nanti anda terpilih menjadi presiden, tidak akan ada lagi pengaruh dari Ibu Megawati di mana Bapak punya keterikatan yang sangat besar dengan beliau, bahkan kita semua tahu ketika beliau menyuruh anda menjadi capres, anda pun harus nurut kepada Ibu Megawati, dan melanggar sumpah bapak ketika menjadi gubernur Jakarta?

Bapak, mohon tanyakan kepada sanubari bapak yang terdalam, dari mana anda dan team anda akan mendapatkan dana yang begitu besar untuk melakukan program-program yang nanti akan anda implementasikan jika menjadi presiden, semua program yang bapak sebutkan ketika debat beberapa waktu silam, seperti pembelian drone, program kesehatan, pendidikan, dan lainnya itu semua, butuh dana, dan dari mana asalnya selain dari menaikkan pajak Pak? Kalau dari Pak Prabowo sudah sangat jelas, akan diamankannya kekayaan alam bangsa Indonesia yang bocor yang nilainya ribuan trilyun itu per tahunnya untuk dijadikan modal program-program kebaikan pendidikan dan kesehatan. Kalau dari Bapak, dari mana Pak dananya? Sedangkan sekarang APBN kita sudah dalam kondisi defisit?

Pak Jokowi, mohon anda tanyakan ke lubuk hati anda yang paling terdalam pertanyaan ini, “Apakah saya bisa berjanji kepada diri saya sendiri dan Tuhan YME untuk membela NKRI dari penjajahan asing dalam bentuk penguasaan kekayaan alam kita, sumber daya minyak, gas, tembaga, emas,semua tambang mineral kita, kekayaan darat, laut, udara Indonesia?” dan “Apakah saya sanggup dan punya keberanian untuk melakukan renegosiasi dengan pihak asing yang mengklaim pulau-pulau Indonesia sebagai daerah wilayah mereka? Apakah saya yakin saya punya kemampuan untuk memimpin dan mempertahankan keutuhan bangsa kita ini?”

Bapak Jokowi yang saya hormati, anda begitu disanjung-sanjung oleh Amerika, anda dimasukkan di majalah Fortune misalnya, dan kita tahu kebanyakan penguasa kekayaan alam di Indonesia ini adalah negara Amerika yang selalu memuji-muji anda. Apakah jika nanti anda harus duduk berdiplomasi dengan negara amerika atau negara adidaya mana pun yang telah menguasai hajat hidup kami orang banyak ini, anda bisa LEBIH mengutamakan kepentingan kami sebagai rakyat Indonesia? Pak Jokowi, ada satu hal yang Amerika lupa, Founding Father kita pernah berpesan kepada kita semua bangsa Indonesia: “Ingatlah…ingatlah…ingat pesanku lagi: Jika engkau mencari pemimpin, carilah yang dibenci, ditakuti, atau dicacimaki asing, karena itu yang benar. Pemimpin tersebut akan membelamu di atas kepentingan asing. Dan janganlah kamu memilih pemimpin yang dipuja-puja asing, karna ia akan memperdayaimu”

Bapak Jokowi yang terhormat, ada satu pertanyaan yang sangat mengganjal batin kami, dalam karir Pak Jokowi beberapa tahun terakhir ini, Bapak sering blusukan ke tempat-tempat, dan sering diikuti dan diliput oleh wartawan. Pak Jokowi juga sempat masuk got dalam suatu acara, dan di situ banyak sekali wartawan meliput. Yang ingin saya tanyakan pak, dan ini mohon di jawab dengan hati nurani saja, apakah tidak terbesit sama sekali, bapak kemana-mana, sering ada wartawan yang meliput termasuk ketika masuk got ini, apakah ini ikhlas seutuhnya, atau karna di situ ada media supaya bisa jadi bahan cerita Pak? Bukankah akan lebih terpuji Pak jika blusukan-blusukan itu tidak perlu diliput dan disiarkan di semua media massa?

Bapak Jokowi yang saya hormati, kemarin di debat terakhir tentang Pertahanan bangsa, bapak bilang, Akan kita bikin rame kalo ada yang mau ngeclaim wilayah kita jadi wilayah mereka, dengan bapak bilang seperti ini, mohon tanyakan kepada hati bapak : “Apakah saya sanggup untuk mengorbankan jiwa dan raga saya sendiri untuk tumpah darah Indonesia seperti yang telah pak Prabowo lakukan berkali-kali dalam jejak hidupnya?”

Bapak Jokowi, semoga bapak mau merenungkan pertanyaan-pertanyaan, semoga anda berkenan menjawab surat ini dengan hati nurani bapak. Surat ini tidak perlu dibalas, surat ini hanya untuk perenungan pribadi anda sebagai bangsa Indonesia yang tentunya ingin Indonesia ini menjadi negara yang bermartabat, berdaulat, adil, makmur, dan rakyatnya tidak terjajah lagi oleh bangsa asing. Sekali lagi, tanyakan kepada diri sendiri “Apakah saya mampu?”

Surat tulus dari anak bangsa Indonesia,
Nijmegen,
26 Juni 2014
Tasniem Fauzia

(Sumber: merdeka.com)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment

  1. Jawaban Surat Terbuka dari Seorang Perantau di Jakarta

    Mbak Tasniem ytk. Selamat menjalankan ibadah puasa. Saya seorang perantau yg tergelitik membaca Surat terbuka Mbak Tasniem kepada Jokowi. Saya bukan dari partai pendukung Pak Jokowi, bukan juga seorang politikus. Saya hanyalah seorang perantau di Jakarta yg ikut menikmati apa yg dikerjakan oleh Pak Jokowi sbg Gubernur Jakarta.

    Mbak pasti tahu bahwa PDIP mencalonkan Jokowi karena ada desakan masyarakat yang menghendaki Jokowi jadi presiden. Saya termasuk yg tanda tangan utk dukungan ini walaupun saya sama sekali tidak terkait dengan partai apapun dan tidak ada keinginan dan kemungkinan utk masuk dalam politik praktis. Sebagai perantau di Jakarta yg tidak punya hak pilih waktu pemilihan Gubernur DKI, saya mengikuti dan memantau kinerja tokoh politik
    yang fenomenal ini. Saya tiba2 ada semangat untuk memperhatikan sepak terjang dan kerja keras Pak Jokowi sbg gubernur DKI, di tengah2 krisis kepercayaan saya kpd para politikus. hampir setiap hari saya haus mencari berita ttg kegiatan Pak Jokowi di Jakarta dan memantau apakah blusukannya membawa hasil atau sekedar pencitraan. Dan ternyata hasilnya cukup banyak dirasakan oleh masyarakat. normalisasi dan pengerukan sungai dan waduk2 yg di bawah tanggungjawabnya, memanusiakan para pedagang kaki lima, menertibkan preman tanah abang yg tidak pernah ada gubernur yg berani menyentuhnya, lelang jabatan lurah, penempatan lurah Suzan yg sempat dipermasalahkan tapi jalan terus karena dia benar, membuat sistem jaminan pendidikan dan kesehatan yg bisa diakses oleh masyarakat miskin, memperbaiki transportasi publik, memulai pembangunan MRT, memindahkan para penghuni liar ke rumah2 susun yg sangat layak, menyulap tempat kumuh menjadi kampung deret yg layak, membatasi penambahan mall dan supermarket supaya pasar lokal dan pedagang kecil tetap hidup, menghidupkan budaya lokal dengan festifal2 seni, menggerakkan masyarakat pinggiran sungai untuk membersihkan sungai, membela para pedagang kerak telur yg tidak mendapatkan akses ke PRJ yg memang hanya utk kaum kaya, membangun sistem transportasi terpadu, dan masih panjang lagi deretan kerja nuata Jokowi di Jakarta. Dalam waktu yg tidak lama Jakarta menjadi semakin manusiawi. Namun karena keberpihakannya itu mengusik kepentingan kelompok penguasa yang selama ini diuntungkan dari kebijakan yg tidak adil dan tidak berpihak, maka banyak dihambat kerja nyatanya. Dia tidak bisa membereskan semua sungai di jakarta utk menanggulangi banjir karena banyak sungai yg menjadi wewnang pemerintah pusat. termasuk juga ketika mau menggerakkan masyarakat untuk menggunakan transport umum, tiba2 ada kebijakan mobil murah dari pemerintah pusat. DPRD DKI pun tidak berpihak padanya. Mundurnya persetujuan anggaran pemerintah DKI oleh DPRD membuat Jokowi tidak bisa segera eksekusi program2nya yg pro rakyat. tapi Jokowi tetap kreatif dengan menggandeng para pengusaha utk menyalurkan CSRnya untuk membantu pembangunan yg pro rakyat. Ketika dizolimi oleh DPRD DKI, rakyat marah (dan bukan Jokowi) dan mereka demo melawan DPRD tanpa komando dari siapapun. Ketika jakarta banjir dan waduk jebol, karena pemerintah sebelumnya kurang mengurus, dia nongkrongi para tukang untuk perbaikan waduk, disaat yang lain tidur nyenyak di malam hari. Sebagai seorang perantau di Jakarta saya iri warga Jakarta mempunyai pemimpin yg begitu memperhatikan rakyatnya. Rakyat berpikir bahwa pak Jokowi perlu diberi kesempatan yang lebih luas untuk memberikan kesejahteraan kepada rakyat yg lebih luas, supaya komitmen dan kerjanya bisa dinikmati oleh semakin banyak masyarakat di Indonesia. kebjakan2 Jokowi pasti akan mengusik kepentingan2 golongan masyarakat yang selama ini diuntungkan oleh sistem yg tidak adil. Sudah barang tentu sistem online dan e-system akan merugikan tikus2 koruptor yg selama ini diuntungkan dari sistem yang tidak adil. Yang dibutuhkan rakyat sekarang adalah pemimpin yg amanah dan mempunyai komitmen untuk pembangunan kebaikan bersama dan bukan pemimpin yg pandai beretorika dan hanya menguntungkan segelintir orang. Tentu kebijakan pengembangan sistem ini akan membuat kelompok2 yg selama ini diuntungkan oleh sistem yg tidak adil menjadi gerah dan merasa terancam karena peluang utk menikmati yg bocooor kian sulit. Jokowi memang tidak pandai beretorika karena memang dia pemimpin yg “down to earth” dan bekerja nyata berpihak pada masyarakat banyak. Ia hanyalah melakukan apa yg seharusnya dilakukan oleh politikus, tidak ada yg istimewa. Keistimewaan dia hanyalah karena dia politikus langka yang mau melakukan apa yg seharusnya dilakukan. Sudah terlalu banyak politikus yg pandai beretorika dan berargumentasi mengawang di langit tapi tidak pernah bekerja untuk yg memberi mandat, yakni rakyat. Mbak, coba renungkan dalam2, apakah Jokowi tidak bisa menjadi presiden? Mungkin benar dia tidak mampu kalau harus menjadi pemimpin atau politikus seperti yg selama ini kita punyai, namun dia mampu menjadi politikus dan pemimpin bangsa yg seharusnya dilakukan. Marilah kita berpikir demi kepentingan kebaikan lebih luas bagi masyarakat. Jokowi jelas manusia biasa, tapi untuk sekarang ini dia adalah putra terbaik bangsa ini yg peduli dengan masyarakat dan rakyat.

    Oh iya mbak, setiap calon presiden memang harus diusung oleh partai karena sistem politik kita. Tentu Jokowipun demikian, dicalonkan oleh ibu Mega sebgai Ketua Partai yg diberi mandat untuk pencalonannya. Namun ini tidak serta merta ia menjadi capres boneka. Kalau sistem politik kita memungkinkan utk mengusung calon independen, dia juga pasti akan dicalonkan rakyat Mbak. Saya yakin itu. Dengan sistem kita seperti ini semua capres menjadi “boneka”nya partai. Tetapi sekali lagi, Jokowi waktu jadi gubernur DKI juga diusung oleh partai, tetapi dia telah bekerja untuk rakyat bukan untuk partai. Jokowi tidak ada bedanya dengan Pak Prabowo, yg bisa juga menjadi capres boneka parta2 pengusungnya. Bedanya dia mencalonkan diri (menjadikan dirinya sendi boneka dari partai yg dipimpinnya). Jadi capres boneka tidak relevan lagi, atau relevan untuk semua partai karena diondisikan oleh sistem yang ada. Mbak…selama ini saya golput karena muak dengan para politikus. Namun saat ini saya akan menggunakan hak pilih saya karena ada pemimpin alternatif seperti pak Jokowi ini. Muak saya dengan politikus2 oportunis yang masih banyak di negeri ini masih tetap ada, namun sepertinya Jokowi memberikan harapan untuk menjadi alternatif. Saya bukan menjadi pendukung buta Pak Jokowi! Sekali lagi dia bukan dewa, tetap perlu kita kontrol nanti kalau jadi presiden. Saya kira dia akan terbuka untuk menerima kritik dan masukan dari rakyat. Coba renungkan dia berani kontrak dengan rakyat, dengan cara membuka no rekening gotong royong. Ini bukan sensasi, ini bukan cari popularitas, bukan juga sekedar menunjukkan kreatifitas, tapi ini sebuah keberanian dia untuk membuat kontrak dengan rakyat. para penyumbang nanti akan menuntut dia kalau tidak menjalankan amanah dari rakyat. Dia pemimpin yg kreatif dan cerdas tapi lebih dari itu mempunyai komitmen kuat. Saya tahu bahwa capres yg anda dukung juga meniru ini, tapi saya tidak yakin kalau dibalik itu ada spirit dasar yg lebih fundamental. Mbak, meski saya sanksi Mbak akan berubah pikiran, tapi saya tetap mengajak, mari kita beri kesempatan putra terbaik bangsa untuk membawa kita menjadi bangsa yg beradab, manusiawi, bermartabat, berkomitmen pada rakyat untuk memajukan Indonesia baru, Indonesia hebat. Demikian Mbak semoga tulisan saya ini bisa menjadi bahan permenungan. Salam hangat dan selamat menjalankan ibadah puasa. Semoga kita selalu dianugerahi kedamaian dan kesejahteraan.
    A. Suyadi, seorang perantau.