Gubernur NTT Dinilai Tidak Serius Urus TKW di Medan

  • Whatsapp
Gubernur Frans Lebu Raya
Gubernur Frans Lebu Raya

Kupang–Lintasntt.com: Anggota Komnas HAM Natalius Bigai mengatakan Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya tidak serius menangani tenaga kerja wanita (TKW) asal daerah itu yang disekap di Medan, Sumatera Utara.

Penyekapan yang mengakibatkan dua TKW meninggal terjadi sejak 2013 mengakibatkan dua orang meninggal, terjadi di rumah sarang burung walet di Jalan Brigjen Katamso Gang Family No. 77 dan 79, Lingkungan I, Kelurahan Titi Kuning, Kecamatan Medan Johor. Mereka disekap oleh majikan bernama Mohar, 45. “Kalau saya gubernur, saya sudah gunakan dana Bansos untuk mengurus para TKI itu,” kata Natalius kepada wartawan.

Menurut Dia, Komnas HAM telah menangani puluhan TKW asal NTT tersebut dengan membebaskan mereka dan kini diamankan di Komisi Perlindungan Anak. Namun beberapa di antara mereka masih menjalani perawatan di rumah sakit, sehingga mereka belum bisa dipulangkan ke daerah masing- masing.

Ia mengatakan belasan TKI itu juga masih dibutuhkan di Medan, karena kasus ini masih dalam proses hukum, keterangan mereka masih sangat dibutuhkan. “Pemulangan juga mereka butuh biaya,” katanya.

Menurut Dia, Gubernur NTT Frans Lebu Raya seharusnya memberikan perhatian serius kepada para TKW yang bermasalah di Medan tersebut, dengan menyiapkan dana untuk pemulangan mereka. “Bisa gunakan dana bantuan sosial untuk pulangkan mereka,” katanya.

Sementara itu kasus penyekapan yang berujung kematian TKW Kematian dua tenaga kerja wanita (TKW) tersebut seharusnya bisa dihindari jika polisi menindaklanjuti laporan korban.

Laporan penyekapan TKW itu pernah disampaikan Eri Ndun, salah satu korban penyekapan yang berhasil meloloskan diri dan kembali ke Kupang pada 18 Januari 2013. Ia kemudian mendatangi Polda Nusa Tenggara Timur untuk melaporkan penyekapan tersebut pada 5 Februari 2013 dengan nomor laporan LP/32/II/2013/SPKT. Namun laporan itu tidak ditindaklanjuti.

Dalam laporan ke polisi, Eri minta tiga hal yakni memperjuangkan gajinya yang belum pernah diperolehnya selama bekerja, kepastian hukum atas kasus kekerasan yang menimpa dirinya, meminta pihak kepolisian segera memulangkan kawan-kawannya.

Menurut Eri, ia melarikan diri karena tidak tahan terhadap siksaan yang dilakukan majikan mereka. Eri melarikan diri dengan cara melompat dari lantai 4 gedung tempat mereka disekap pada malam pergantian tahun baru 2013. Beruntung ia selamat. Ketika itu menurut Dia, sempat datang ke lokasi kejadian, namun tidak ada tindaklanjut. Eri akhrinya kembali ke Kupang dalam kondisi sakit. (gba)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.