Kupang – Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) dan Aisyiyah mengklaim berhasil menjadikan Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai lokasi percontohan program edukasi dan pendampingan gizi pada ibu dan balita serta bahaya konsumsi kental manis pada balita.
“Insyaallah untuk Kota Kupang, program ini berhasil dijalankan, melihat dari progres sejumlah balita yang didampingi terkait makanan sehat dan bahaya konsumasi susu kental manis,” kata Wakil Ketua Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah Dra. Chairunnisa di Kupang, Sabtu (5/72025).
Proses pendampingan ujar dia sudah dilakukan selama tiga bulan dengan jumlah pendampingan sebanyak delapan kali, oleh para kader pendamping dari Aisyiyah.
Hasilnya sangat positif, dimana anak-anak yang didampingi sudah tidak lagi diberikan susu kental manis oleh ibunya sebagai penganti air susu ibu (ASI) atau susu formula yang berdampak pada tumbuh kembang serta nafsu anak.
“Hasil yang kami terima dari laporan para kader kami, setelah tidak lagi konsumsi susu kental manis, nafsu makan semakin meningkat, serta asupan gizinya semakin bertambah, karena diberikan menu makanan yang harus dimasak oleh pendampingnya,” tambah dia.
Pihaknya berharap agar, setelah masa pendampingan selesai si ibu bisa meneruskan apa yang sudah didapatnya saat mendapatkan pendampingan terkait menu makanan yang harus diberikan kepada anaknya.
Siti Fauziah kader pendamping di Kelurahan Oesapa Selatan, Kota Kupang, mengatakan bahwa dia memberikan pendampingan kepada tiga anak yang selama ini orang tuanya memberikan susu kental manis sebagai penganti susu formula.
“Orang tua anak anak yang saya dampingi justru merespon dengan baik sekali. Mereka juga baru tahu ternyata susu kental manis berbahaya buat anak mereka,’tambah dia.
Tugas pendampingan yang dilakukan ujar dia, memberikan edukasi terkait makanan, menyiapkan menu makan yang berbeda setiap hari, pagi hingga malam hari. Sehingga dirinya setiap Sabtu pagi harus ke Pasar untuk membeli kebutuhan untuk menu dalam sepekan.
Dia mengatakan setelah delapan kali lakukan pendampingan , keluarga yang didampingi sudah paham, dan diharapkan bisa dilanjutkan, walaupun program pendampingan sudah selesai.
Sementara itu, Ance Manobe seorang ibu yang diberikan pendampingan mengatakan bahwa , awal mula dia memberikan susu kental manis ke anaknya, ketika mereka mengalami kesulitan ekonomi serta jarak lahir antara anak terakhir berdekatan dengan sebelumnya
“Karena saat itu ASI tidak cukup dan masalah ekonomi, akhirnya anak saya Stefano saya berita susu kental manis, hasilnya anak saya jadi malas makan, dan susah makan,” ujar dia.
Tetapi kini, ujar dia, nafsu makanya tinggi sekali. Bahkan setelah tiga jam makan, anaknya sudah kembali lapar, dan meminta makanan. Menurut dia hal ini juga karena menu makan yang berbeda dan enak ketika dia makan, baik pagi hingga malam.
Dia berharap agar program itu berjalan terus di keluarga keluarga lain di Nusa Tenggara Timur, khususnya di Kota Kupang. (*/gma)