Kupang – Setiap Rumah di Desa Naitae, Tuakau dan Nuataus di Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) dihimbau pemerintah kecamatan untuk membuat Lubang Tanam air sebagai upaya untuk mengurangi dampak bencana kekeringan di wilayah itu.
Himbauan tersebut disampaikan camat Fatuleu Barat, Johanis Hadjo Welem dalam kegiatan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana di Kecamatan Fatuleu Barat yang digagas CRS-CIS Timor Kolaborasi dengan KSB di halaman kantor desa Naitae, Jumat (25/10).
Disampaikan camat Johanis lubang tanam air baik dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi kekeringan dan banjir yang terjadi di tiga desa rawan bencana alam tersebut.
Sebagai bentuk dukungan pemerintah kecamatan atas metode tersebut pemerintah kecamatan Fatuleu Barat juga akan membuat lubang tanam air di kantor camat.
Monitoring terhadap pembuatan lubang tanam air akan dilakukan pemerintah kecamatan di setiap rumah di tiga desa tersebut.
Dalam rilis CIS Timor yang diterima lintasntt.com, Minggu (27/10) dijelaskan metode lubang tanam air tersebut merupakan bagian dari program PAR IV CORRECT untuk memitigasi Bencana Banjir dan kekeringan.
Dalam program tersebut Masyarakat dihimbau Membuat Lubang Tanam Air Di Setiap Rumah dan Daerah Mata Air Seperti sumur gali.
Kegiatan tersebut dibuka camat Johanis Hadjo Welle dan dihadiri kepala dinas sosial Paulus Liu, pihak BPBD kabupaten Kupang, Perwakilan CRS, Bambang Witjaksana dan kepala desa dan masyarakat.
Kegiatan tersebut juga dirangkai dengan
Perkenalan Kelompok Siaga Bencana (KSB) dari desa Naitae, Tuakau dan Nuataus. Kegiatan KSB yang melakukan. kelas pararel Bagi anak SMP, dan SD (kelas Satuan Aman Bencana) juga dicanangkan dikegiatan tersebut.
Hasil kajian KSB tentang CLDRM+ (Pendekatan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas dengan pendekatan fokus Gender dan sosial inklusi) yang disampaikan dalam kegiatan tersebut bahwa kekeringan menjadi bencana yang paling tinggi potensi terjadinya di wilayah 3 desa di Fatuleu barat tersebut.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kupang , Paulus Liu memaparkan materinya tentang Peran Kampung siaga bencana dalam mendukung aksi pengurangan risiko Bencana.
Kadis Paulus menyampaikan apresiasi bagi KSB yang telah mampu membuat perencanaan dan aksi-aksi mitigasi di desa.
Fasilitator dari BPBD Kupang, Smit Robet Fanggi, membawakan materi yang berjudul Memahami PRB secara sadar dalam ruang Lingkup Keluarga.
“Sebenarnya Penanggulangan bencana sudah ada dari jaman dahulu tinggal bagaimana masyarakat sadar akan Ancaman dan bencana yang terjadi, dengan memahami situasi dan kondisi,”kata Smit Fanggi.
Ia juga memberi arahan terkait kerja sama Pentahelix yang dapat dilakukan dan dikolaborasikan bersama KSB untuk penanggulangan bencana yang telah di kaji Oleh KSB.
Kegiatan dilanjutkan dengan Demonstrasi Kelompok SILC (Komunitas Simpan Pinjam Internal) Harmonis dari Desa Tuakau dan dilanjutkan dengan praktik Lubang Tanam air. (Jmb)