Wamen LHK Tinjau Kebun Bambu Turetogo di Ngada

  • Whatsapp
Kebun Bambu Turetogo di Ngada/Foto: lintasntt.com

Bajawa – Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong meninjau Kebun Bambu Turetogo di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (15/12).

Lokasi kebun bambu ini menjadi satu dengan pembibitan kepompong bambu yang menyediakan bahan baku bagi kontruksi rumah menggantikan bahan baku kayu.

Read More

Di lokasi ini juga terdapat lab pengawetan bambu yang dibangun Yayasan Bambu Lestari asal Bali, yang menyuplai bahan baku untuk industri bambu Indo Bambu di Desa Aewoe, Kecamatan Maupongo, Kabupaten Nagekeo. Yayasan ini memiliki program 1.000 desa bambu dengan pilot project di Kabupaten Ngada tersebut.

Kegiatan ini dihadiri Anggota Komisi IV DPR Julie Laiskodat, Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT Timbul Batubara, sejumlah pejabat Kementerian LHK dan Dinas Kehutanan NTT.

Wamen Alue Dohong mengatakan kedatangannya ke Ngada atas perintah Presiden Joko Widodo untuk meninjau lokasi kebun bambu Turetogo setelah yayasan tersebut mempresentasikan kebun bambu di Istana Negara pada November 2020. Ketika itu, juga diperlibatkan tempat untuk meletakan ponsel yang terbuat dari bambu.

“Presiden sangat interest dengan penjelasan itu. Presiden sebut ini peluang baru yang bisa kita tingkatkan ke depan, juga disebutkan green ekonomi yang berkelanjutan, rendah emisi dan berbabasiskan bio energi. Hal ini sejalan dengan visi ke depan membangun green ekonomi, ” ujarnya saat menyampaikan sambutan pada pertemuan di Rumah Bambu Nagekeo.

Menurutnya, bambu juga memiliki nilai konservasi, menyerap karbondioksida dari udara, menyimpannya dalam batang, akar dan daun, juga menjaga air. “Tadi masuk Ngada, dingin sekali, saya yakin karena ada bambu,” tambahnya.

Wamen LHK juga ingin bambu ditanam di daerah aliran sungai (DAS) untuk mencegah abrasi, sedangkan jumlah bambu yang sudah ditanam di Ngada mencapai 8.000 hektare, belum termasuk 100.000 bibit bantuan dari KLHK.

Dia menyebutkan, di Bali ada rumah dan tempat penginapan yang seluruh bahan bangunannya dari bambu, mulai dari atap, kamar tidur, tiang, dan wastafel. “Nilai ekonominya luar biasa ke depan, tidak hanya furnitur tetapi juga pembangunan rumah,” ujarnya.

Banyaknya bambu di NTT terutama di Flores, hotel dan penginapan sudah saatnya dibangun mengunakan bahan dari bambu. Namun, bahan-bahan itu terlebih dulu diolah di pabrik sehingga kualitasnya terjamin.

Keuntungan lain ialah sumber pendapatan masyarakat terus meningkat, budidaya bambu terus berkembang dan substitusi kayu. Dalam mendukung green ekonomi tambahnya, bambu bisa bagian dari bio energi yang permintananya tinggi di Korea Selatan dan Jepang.

Bupati Ngada, Paulus Soliwoa menyebutkan sejak 1999 pemerintah daerah bersama Yayasan Bambu Lestari telah melaksanakan program kegiatan penanaman satu juta rumpun bambu. Dari kegiatan itu, kini lahir lembaga ekonomi masyarakat dalam bentuk BumDes dan kerajinan anyaman bambu.

Menurutnya, kondisi alam Ngada berbukit dengan tingkat kemiringan lahan yang relatif tinggi, sangat cocok menjadi lokasi pengembangan tanaman bambu. “Kondisi iklim dan geografis Ngada sangat cocok untuk pengembangbiakan bambu yang menjadikan bambu tumbuh dengan baik dan produktivitas yang tinggi,” ujarnya. (sumber: media indonesia)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.