TPID Kota Kupang Bahas Perkembangan Ekonomi dan Inflasi

  • Whatsapp
Foto: Bank Indonesia Perwakilan NTT

Kupang-Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Kupang menggelar pertemuan High Level Meeting di Kantor Wali Kota Kupang, Rabu, 26 Juni 2019.

Pertemuan itu membahas perkembangan ekonomi dan inflasi NTT dan Kota Kupang terkini serta strategi pengendalian inflasi sampai dengan akhir 2019.

Rapat dipimpin oleh Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore didampingi Asisten dua Kota Kupang, dan Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT selaku Wakil Ketua TPID Kota Kupang, serta dihadiri oleh seluruh Anggota TPID Kota Kupang.

Dalam sambutannya, Wali Kota Kota Kupang menyampaikan apresiasi atas kinerja TPID Kota Kupang serta bagaimana perannya dalam menjaga inflasi di Kota Kupang.

Selanjutnya, Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Muhammad Syahrial
mengatakan hingga Triwulan I 2019 Pertumbuhan Ekonomi NTT mencapai 5,09% (yoy), berada sedikit diatas nasional (5,07% yoy), meskipun melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2018 yang mencapai 5,32% (yoy).

Jika dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh PMTB/investasi dan konsumsi, baik rumah tangga maupun pemerintah. Sedangkan dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi tertinggi ditempati oleh sektor perdagangan, administrasi pemerintahan dan akomodasi makan minum yang mana banyak terjadi di Kota Kupang.

Terkait perkembangan ekonomi Kota Kupang, tercatat pada 2017 Kota Kupang memiliki pangsa PDRB sebesar 22,53% dari total NTT (peringkat ke-1) sehingga merupakan kota penggerak utama perekonomian provinsi NTT. Pertumbuhan ekonomi Kota Kupang juga cukup baik dan menunjukkan tren stabil di atas 6% dari 2015-2107.

Perekonomian terutama ditopang lapangan usaha konstruksi (16%), pendidikan (14%) dan perdagangan (14%).

Dari sisi stabilitas sistem keuangan tercatat bahwa penyaluran kredit kota Kupang masih terjaga dengan baik, namun perlu dicermati rasio Non Performing Loan Kota Kupang telah mencapai angka 4,08% diatas NTT yang hanya sebesar 2,5%, sehingga diharapkan perbankan dapat lebih menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pinjaman.

Dalam mengembangkan perekonomian di Kota Kupang, dijelaskan bahwa Bank Indonesia telah melakukan beberapa kegiatan antara lain pengembangan klaster Sapi binaan dan klaster tenun yang pertumbuhan penjualannya selalu meningkat setiap tahun. Selain itu Bank Indonesia saat ini sedang melakukan penelitian

Komoditas/Produk/Jenis Usaha Unggulan (KPJU) di masing-masing Kota dan Kabupaten di provinsi NTT, dan didapatkan hasil bahwa sektor usaha unggulan di Kota Kupang adalah perdagangan besar dan eceran, sehingga diharapkan pemerintah daerah dapat memberikan fokus perumusan kebijakan dan kemudahan berinvestasi pada sektor tersebut.

Terkait perkembangan Inflasi, disampaikan bahwa perhitungan Inflasi provinsi NTT sebagian besar dipengaruhi oleh inflasi kota Kupang, karena bobot kota Kupang yang sebesar 86,80%. Tercatat pada Mei 2019 Provinsi NTT mengalami inflasi sebesar 0,30%(mtm) mirip dengan inflasi kota Kupang yang sebesar 0,29%(mtm), serta lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 0,51%(mtm).

Realisasi inflasi tersebut menyebabkan secara tahunan inflasi NTT tercatat sebesar 2,29%(yoy), sementara inflasi Kota Kupang tercatat sebesar 2,42% (yoy).

Inflasi di Kupang terutama dipengaruhi oleh tingginya tarif angkutan udara dan kenaikan kelompok bahan makanan terutama bawang, kangkung, dan telur ayam ras seiring tingginya permintaan masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Dengan pencapaian ini, inflasi di NTT dinilai masih terjaga dan termasuk dalam 5 besar provinsi dengan inflasi terendah.

Di sektor perhubungan, Angkasa Pura I menyatakan bahwa telah dilaksanakan pembahasan antara Angkasa Pura dan maskapai dan hasilnya, pihak maskapai akan melakukan penyesuaian biaya operasional, sehingga diharapkan setiap maskapai dapat menurunkan tarif angkutan udara.

Selanjutnya disampaikan bahwa dalam rangka kegiatan ekspor-impor, hingga saat ini masih banyak ekspor komoditas dari provinsi NTT yang dilakukan melalui provinsi lain sehingga ekspor tersebut dicatat sebagai ekspor provinsi lain. Diharapkan kedepannya pelaku usaha dapat langsung melakukan ekspor mengingat telah tersedia beberapa infrastruktur perhubungan yang dapat mendukung ekspor langsung dari NTT, termasuk dukungan dari Bea Cukai.

Dari sisi ketersediaan beras, BULOG menyatakan bahwa persediaan masih aman. Saat ini persediaan beras siap untuk dapat memenuhi 3,6 bulan ke depan, dan siap untuk digunakan operasi pasar apabila harga beras naik.

Menutup pertemuan ini, Jefri Riwu Kore menyampaikan bahwa pihaknya optimis bahwa inflasi masih terkendali, dan diharapkan dapat melakukan sidak bersama TPID dalam waktu dekat.

Kedepannya sinergitas antar lembaga akan terus ditingkatkan dan menindaklanjuti hasil Deklarasi Masyarakat Ekonomi NTT, akan dilakukan penjajakan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan kabupaten-kabupaten di NTT, khususnya Kabupaten Kupang, untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Kupang. (siaran pers BI)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.