Tiongkok Berupaya Caplok Natuna yang Kandung Gas Rp6.000 Triliun

  • Whatsapp
Peta Natuna

Jakarta–Cadangan gas Natuna diperkirakan mencapai Rp6.000 triliun atau tiga kali lipat dari APBN saat ini.

Cadangan gas yang besar tersebut diduga menjadi alasan Tiongkok secara sistimatis berusaha mencaplok Natuna.

Read More

Ketua DPP Partai Gerindra Heri Gunawan mengatakan persoalan Natuna akan menjadi bom waktu. Sebab, konflik Natuna adalah soal persoalan perebutan sumber daya alam.

“Selain minyak bumi, wilayah itu menyimpan cadangan gas alam terbesar di dunia. Banyak ahli mengklaim Natuna adalah ‘surga’ energi terbesar di dunia yang bernilai ekonomi tinggi,” ujar Heri seperti dikutip TeropongSenayan, Jumat (25/3).

Heri menyontohkan Blok Natuna D-Alpha, yang menyimpan cadangan gas dengan volume 222 triliun kaki kubik (TCT). Cadangan itu tidak akan habis hingga 30 tahun mendatang. Sementara itu, potensi gas yang recoverable di Kepulauan Natuna sebesar 46 tcf (triliun cubic feet) atau setara dengan 8,383 miliar barel minyak.

“Jika digabung dengan minyak bumi, terdapat sekitar 500 juta barel cadangan energi hanya di blok tersebut,” ungkap dia.

Saat ini, beberapa perusahaan asing seperti Petronas (Malaysia), ExxonMobil (AS), Chevron (AS), Shell (Inggris-Belanda), StatOil (Norwegia), ENI (Italia), Total Indonesie (Perancis), dan Tiongkok National Petroleum Corporation (Tiongkok) pernah menggarap cadangan kekayaan Natuna dan menikmati untung besar.

Oleh karenanya, menurut Heri, cara-cara Tiongkok yang melecehkan Kedaulatan Republik Indonesia bisa jadi merupakan bagian dari upaya sistematis untuk mencaplok Natuna.

“Rasanya Tiongkok akan terus ngotot mencaplok Natuna karena mereka tahu akan untung besar dari pendapatan gas. Sedang kita, buntung. Pendapatan sektor Migas pasti terpuruk,” tandas dia. Heri menegaskan Natuna masuk dalam wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. *

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.