Denpasar – Sebanyak 42 anak baru gede (ABG) asal Kabupaten Flores Timur (Flotim), NTT akhirnya berhasil dipulangkan ke kampung halamannya, Kamis (10/9).
Mereka diduga korban human traficking ini dipulangkan oleh Pemkab Flotim, setelah diadvokasi oleh Divisi Hukum dan Advokasi Perhimpunan Jurnalis (PENA) NTT yang berdomisili di Bali. Para remaja asal Flores Timur sudah terkatung-katung selama dua tahun di Bali tanpa harapan.
Mereka datang ke Bali karena dijanjikan untuk program kuliah sambil magang ke Jepang dan Taiwan sesuai dengan MoU antara para pihak yakni LPK Darma Bali, STIKOM Bali, Pemkab Flores Timur dan Bank BRI Cabang Flores Timur. Namun, batal berangkat untuk magang di Taiwan dan Jepang.
Mereka lulusan SMA tahun 2019 yang dijanjikan kuliah sambil magang. Ada enam calon lainnya masih bertahan di Bali karena melaporkan kasus ini ke Polresta Denpasar.
“Total peserta yang pulang 42 anak dari angkatan 2019. Sementara 13 anak angkatan tahun 2018 , ada 6 anak tetap bertahan di Bali. Dalam kaitan dengan kelanjutan proses hukum yang suda mereka adukan di Polresta Denpasar,” ungkap perwakilan orang tua Theodorus Wungubelen, Kamis (10/09),di Denpasar.
Pemulangan dilakukan setelah protes orangtua kepada Bupati Flotim Antonius Gege Hadjon di Larantuka pada Juli dan Agustus Lalu. Paska pertemuan itu perwakilan orangtua ke Bali mengecek kondisi penampungan di Denpasar. Selanjutnya Bupati Flotim memfasilitasi pemulangan.
Selain perwakilan orang, puluhan remaja tersebut dijemput oleh beberapa pejabat dari Pemkab Flotim di antaranya Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra, unsur Dinas Nakertrans dan beberapa unsur lainnya.
“Saat ini belum semuanya dipulangkan. Untuk angkatan 2019, masih 3 orang yang memilih tetap bertahan di Bali karena kebetulan mereka sudah mendapatkan pekerjaan dengan usaha sendiri di Bali,” jelas Ruth Wungubelen, salah satu perwakilan orang tua yang dikirim bupati.
Ruth menjelaskan, jumlah calon peserta magang angkatan 2018 sejumlah 52 orang. Namun saat pertemuan dengan calon peserta magang bersama perwakilan orantua dengan LPK Dharma Bali, tujuh orang lainnya memilih bertahan di Bali.
Menurut Ruth, tidak hanya yang masih berada di Denpasar yang memilih pulang, ada dua peserta Magang di Taiwan juga memilih pulang ke Larantuka. Alasannya, apa yang dialami di Taiwan tidak sesuai dengan yang dijanjikan pihak LPK Darma.
“Satu atas nama Paulus Aprianus Sole itu dari Taiwan juga sudah siap untuk pulang pada 22 September ini. Sementara baru pagi tadi, informasi masuk dari Taiwan, ada satu anak yang dalam proses pulang. Kami usahakan agar kepulangan anak dari Taiwan ini dketahui pemerintah agar difasilitasi,” pungkasnya.
Peserta magang dipulangkan melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali tujuan Kupang menggunakan maskapai Lion Air. Selanjutnya rombongan akan lanjut ke Larantuka dengan pesawat Wings Air pada Jumat (11/09/2020). (sumber: mi)