Stunting di NTT Masih 37 Persen, Tertinggi Kedua di Indonesia

  • Whatsapp
Ilustrasi Anak Stunting di Desa Bokong, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang. Foto: lintasntt.com

Kupang- Pemerintah terus memperkuat upaya penurunan angka stunting di Indonesia dengan menekankan pencegahan sejak dini.

Asisten Deputi Ketahanan Gizi dan Promosi Kesehatan Kemenko PMK, Jesli Marampa, menyebut bahwa angka stunting nasional terus menurun dari 24,4 persen pada 2021 menjadi 19,8 persen pada 2024.

Read More

Pemerintah menargetkan angka ini turun lagi menjadi 18,8 persen pada 2026 dan 14,2 persen pada 2029.

Menurut Jesli, fokus utama saat ini adalah mencegah kelahiran anak-anak dengan kondisi stunting. Upaya dilakukan sejak masa pra-nikah, kehamilan, hingga anak berusia lima tahun.

“Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan rutin minimal enam kali selama kehamilan, pemberian makanan bergizi, dan ASI eksklusif bagi bayi. Seribu hari pertama kehidupan sangat menentukan kualitas tumbuh kembang anak,” ujarnya kepada wartawan di salah satu restoran di Kupang, Jumat (17/10/2025) malam.

Jesli menegaskan, peran Posyandu sangat penting dalam pemantauan pertumbuhan balita. Di sana, ibu hamil dan menyusui bisa memperoleh edukasi, pemeriksaan kesehatan, serta pemberian makanan tambahan bagi anak yang mengalami masalah gizi. Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, termasuk media, untuk mengedukasi masyarakat agar lebih sadar gizi.

Ia menambahkan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menjadi perhatian serius karena mencatat angka stunting sebesar 37 persen, tertinggi kedua di Indonesia.

“Faktor gizi, sanitasi, air bersih, dan ekonomi masih menjadi tantangan besar di NTT. Tapi kami optimis, dengan kerja sama semua pihak, angka stunting bisa terus turun hingga di bawah 30 persen pada tahun depan,” ujar Jesli. (gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *