Pulang ke Rote, 28 Kura-kura Leher Ular akan Disambut Upacara Adat

  • Whatsapp
Persawahan Peto terhubung ke danau yang menjadi habitat kura-kura leher ular/Foto: Lintasntt.com

Kupang–Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT) bakal menggelar upacara adat saat pemulangan 28 kura-kura leher ular (Chelodina Mccordi) dari kebun binatang di Singapura.

Puluhan kura-kura itu akan dikembalikan ke habitatnya di Danau Peto, Desa Maubesi, Kecamatan Rote Tengah, Kabupaten Rote Ndao seteah negosiasi pemulangan kura-kura rampung dalam waktu dekat.

Upacara adat adat tersebut menjadi pedoman dalam pengelolaan kura-kura bersama ekosistemnya untuk mendukung perlindungan satwa langka tersebut.

Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan BBKSDA NTT Imanuel Ndun mengatakan pihaknya akan mengadopsi kearifan lokal yang berlaku di daerah setempat, seperti menyembelih kerbau yang dagingnya akan dimakan bersama oleh seluruh undangan.

“Misalnya daging kerbau dimakan bersama warga satu kampung, jika nanti ada yang melanggar akan dikenai denda adat satu ekor kerbau,” kata Imanuel Ndun dalam acara ‘Ngopi Bareng wartawan bersama BBKSDA NTT’ di Kupang, Kamis (11/7/2019).

Selain repatriasi atau pemulangan kura-kura leher ular, kegiatan yang melibatkan puluhan wartawan itu juga membahas pelepasan komodo, hari konservasi alam nasional, dan festival Pulau Manipo.

Upacara adat ditempuh lantaran puluhan kura-kura leher ular yang pernah dilepasliarkan pada 2009 di Danau Peto, saat ini tidak ditemukan lagi. Beruntung sekitar 1970an saat kura-kura leher ular belum ditetapkan sebagai satwa yang dilindungi, kura-kura tersebut dijual bebas ke beberapa daerah termasuk ke luar negeri.

Kondisi tersebut yang belakangan membuat populasi kura-kura di habitatnya punah. “Orang-orang di luar negeri berhasil mengembangkannya, tetapi mereka punya komitmen mengembalikan sebagian atau 10 persen kembali ke habitatnya,” tambahnya.

Menurut Imanuel Ndun, kura-kura dikembalikan ke alamnya untuk mempertahankan eksistensi satwa tersebut. Pada 2009, kura-kura leher ular dilepasliarkan oleh El Nusa, juga merupakan bagian dari komitmen mengembalikan 10% kura-kura yang dikembangbiakan ke alam.

Dia menduga kura-kura yang dilepasliarkan itu punah karena dimakan predator seperti ular, ikan gabus, dan dampak kekeringan. Namun, sesuai penelitian, di Rote masih ada tiga danau yang saat ini cocok untuk pengembangbiakan kura-kura leher ular yakni Danau Peto serta dua danau di Kecamatan Landu Leko yakni Danau Ledulu dan Lendo Oen.

 Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara (tengah),  Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan BBKSDA NTT Imanuel Ndun (kiri) dan Kepala Seksi Pelayanan dan Pemanfaatan BBKSDA NTT Mugi Kurniawan (kanan)./Lintasntt.com

Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara (tengah),
Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan dan Pengawetan BBKSDA NTT Imanuel Ndun (kiri) dan Kepala Seksi Pelayanan dan Pemanfaatan BBKSDA NTT Mugi Kurniawan (kanan)./Lintasntt.com

Kepala BBKSDA NTT Timbul Batubara mengatakan Gubernur NTT Viktor Laiskodat telah mengeluarkan keputusan tentang Kawasan Ekosistem Esensial Lahan Basah Sebagai Habitat Kura-Kura Leher Ular di tiga danau tersebut sejak 18 Juni 2019.

Dia menyebutkan saat ini tengah dilakukan negosiasi pemulangan kura-kura leher ular.

“Nanti dari Singapura, kura-kura dikarantina dulu di Kupang,” ujarnya.

Sesi berikutnya ialah memeriksa kesehatan kura-kura. Jika sehar, kura-kura dipindahkan lokasi yang akan dibangun mirip seperti habitat aslinya. Selama proses tersebut lanjut Timbul Batubara, dipantau oleh dua pakar kura-kura dari Wildlife Conservation Society (WCS), termasuk mengunjungi habitat kura-kura di Pulau Rote.

“Proses ini agar jangan terjadi lagi kura-kura mati dan hilang,” ujarnya. Dia menambahkan pemangsa kura-kura juga berasal babi hutan dan pestisida. (sumber: mi)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.