Kupang – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) bersama Tim Tidal Bridge asal Belanda kembali membahas kelanjutan Proyek Jembatan Palmerah, sebuah inisiatif besar yang menggabungkan infrastruktur jembatan penghubung Pulau Flores dan Pulau Adonara dengan Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL).
Proyek strategis ini diyakini akan menjadi tonggak penting pengembangan energi baru terbarukan di wilayah timur Indonesia.
Pertemuan berlangsung di Ruang Rapat Gubernur NTT pada Senin (20/10/2025) sore dan dipimpin Gubernur Emanuel Melkiades Laka Lena.
Peserta pertemuan CEO Tidal Bridge BV (Belanda) Mr. Eric Van Den Eijnden, President Director PT Tidal Bridge Indonesia Latif Gau, perwakilan PT Pertamina Power Indonesia, serta sejumlah kepala perangkat daerah terkait, di antaranya Kadis PUPR Benyamin Nahak, Kadis ESDM Rosye Hedwine, Kadis Kelautan dan Perikanan Sulastri Rasyid, Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa Adelino Soares, dan Kepala Biro Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Selfi H. Nange.
Proyek Strategis Bernilai 225 Juta Euro
Proyek Jembatan Palmerah telah dibahas sejak tahun 2015 dengan nilai investasi sekitar 225 juta Euro, bersumber dari Netherlands Development Finance Company (FMO/Invest International) yang siap memberikan pinjaman lunak kepada PT Tidal Bridge untuk pelaksanaannya.
Jika terealisasi, proyek ini tidak hanya akan menjadi jembatan penghubung antara Flores dan Adonara, tetapi juga menghasilkan energi listrik hingga 300 megawatt (MW) dari tenaga arus laut di bawah jembatan tersebut, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik seluruh Pulau Flores.
Sejak tahap awal, Pemerintah Provinsi NTT telah menunjukkan dukungan konkret. Tahun 2016, Pemprov mengalokasikan Rp1,5 miliar dari APBD untuk pra-Feasibility Study (pra-FS), dan pada 2017, pemerintah pusat melalui APBN mendanai Feasibility Study (FS) senilai Rp10 miliar.
Dukungan Gubernur untuk Percepatan Realisasi
Dalam pertemuan tersebut, President Director PT Tidal Bridge Indonesia, Latif Gau, menjelaskan bahwa studi kelayakan menunjukkan arus laut di selat antara Flores dan Adonara sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber energi ramah lingkungan.
Ia menegaskan, proyek Jembatan Palmerah akan menjadikan NTT sebagai pionir energi laut di Indonesia.
Sementara itu, Gubernur Melki Laka Lena menegaskan bahwa Pemerintah Provinsi NTT berkomitmen untuk mendukung percepatan pembangunan proyek tersebut.
“Proyek ini bukan hanya menghadirkan listrik bersih, tetapi juga menjadi simbol kemajuan teknologi energi laut di NTT. Potensi arus laut yang kita miliki bisa dimanfaatkan untuk menambah pasokan listrik di Flores yang saat ini masih terbatas,” tegas Gubernur Melki.
Ia menambahkan, Pemprov NTT akan segera berkoordinasi dengan Kementerian ESDM, PT PLN (Persero), dan pihak terkait untuk mempercepat proses perizinan serta memperjuangkan agar Jembatan Palmerah ditetapkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN).
Masih Perlu Lengkapi Dokumen Teknis
Kepala Dinas ESDM Provinsi NTT, Rosye Hedwine, menjelaskan bahwa proyek Jembatan Palmerah sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL), namun masih diperlukan sejumlah penyempurnaan dokumen teknis seperti Feasibility Study, Manajemen Risiko, Master Plan, Dokumen Lingkungan, dan kesesuaian dengan RTRW Provinsi serta Kabupaten Flores Timur.
Dengan dukungan teknologi dari Tidal Bridge Belanda, kolaborasi pemerintah pusat dan daerah, serta komitmen dari berbagai pihak, Jembatan Palmerah yang menghubungkan Pulau Flores dan Pulau Adonara diharapkan dapat segera direalisasikan dan menjadi proyek energi laut pertama di Indonesia yang menggabungkan fungsi jembatan dan pembangkit listrik secara terpadu. (*/gma)














