Prospek Menjanjikan, Dirut Bank NTT Ingin Produk Tenun Adaptasi dengan Selera Konsumen

  • Whatsapp
Foto: lintasntt.com

Kupang – Pakaian atau gaun berbahan tenun dinilai memiliki prospek yang menjanjikan di masa mendatang Namun, produk tenun ikat hasil karya intelektual perempuan Nusa Tenggara Timur tersebut harus beradaptasi dengan selera konsumen.

Hal itu mengemuka dalam diskusi bertajuk Tenun NTT Goes to Cities Life saat kegiatan Exotic Tenun Fest 2022 di Kupang, akhir pekan lalu. Diskusi menghadirkan Direktur Utama Bank NTT Harry Alexander Riwu Kaho, Desainer Nasional Ali Carisma, Ketua Dekranasda Manggarai, Meldayanti Hagur Nabit dengan moderator Senandung Nacita.

Read More

Menruut Dirut Alex, tenun NTT tidak hanya dikenal di tingkat nasional, tetapi juga dunia internasional karena memiliki karateristik khusus yang menjadikannya unggul dari tenun daerah lain. Kekuatan tersebut yang kemudian mendorong banyak orang ingin membeli dan memiliki tenun khas NTT.

Agar tenun dapat dipakai secara nyaman oleh seluruh lapisan masyarakat, produk berbahan tenun juga harus disesuaikan dengan selera konsumen. “Mau tidak mau harus adaptasi dengan selera konsumen,” katanya.

Menurutnya, saat ini populasi dunia dikuasai oleh generasi milenial, tentu dengan pergerakan populasi manusia, penenun, pemerintah dan desainer perlu memikirkan keberlanjutan tenun.
“Tenun penting sebagai budaya dan itu hal yang sangat sakral tetapi tenun juga bisa menghidupi rumah tangga atau bagian bagian dari bisnis, tentu sesuaikan dengan tuntutan konsumen,” tambahnya.

Desainer Ali Carisma juga berpendapat sama. Menurutnya, dari kacamata bisnis, tenun bisa dikembangkan seluas-luasnya. Alasannya tenun yang dibuat untuk kebutuhan budaya, tidak semuanya cocok dengan target pasar. “Bisa pakai kaos saja, untuk target konsumen yang mencintai motif tenun dengan cara lain,” ujarnya.

Adapun sebagai budaya, tambah Carisma, tenun NTT perlu diberikan subsidi oleh Kementerin Pendidikan dan Kebudayaan. “Kalau mau go internasional, target pasar harus khalayak umum, harus bisa menerima tenun diubah, tenun untuk budaya punya target sendiri.

Sementara itu, Ketua Dekranasda Manggarai, Meldayanti Hagur Nabit berpendapat tenun harus tetap memberikan harapan kepada masyarakat terutama para pecinta fashion.

“Sebagai warisan budaya, tenun adalah bagian dari hidup kita. Dalam setiap upacara adat, kami butuh tenunan,” tandasnya.

Untuk mempersiapkan tenun masuk ke industri, menurut Meldayanti, saat ini sebanyak 10 pemuda dan pemudi dari Manggarai dikirim ke daerah lain untuk mempelajari desain tenun untuk fashion. “Kami kirim 10 orang untuk belajar karena konsumen dari luar NTT bingung, bagaimana memotong dan menjahit tenun menjadi baju tanpa meruksa motifnya,” ujarnya. (gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.