Oleh Frans Sarong
Ketua Tim Pemenangan Melki – Johni NTT
Agenda blusukan Senin pekan lalu adalah menyapa warga perkampungan sepanjang tepi jalan sejauh kurang lebih 50 km.
Jarigan jalan itu menghubungkan Satar Peot, Kecamatan Borong hingga Neros – Kotol di Desa Pa’anleleng, Kecamatan Kota Komba Utara. Kedua kecamatan itu dalam wilayah Manggarai Timur.
Mengetahui agenda itu, sejumlah kerabat di Borong menyarankan agar dialihkan saja ke perkampungan lain. Alasan mereka karena kondisi jaringan jalannya rata rata bopeng dan hancur. Apalagi tak jarang harus meniti tanjakan tajam yang mendebarkan.
Saran itu memang sempat mebuat nyali ciut.
Namun tetap nekat karena beberapa pertimbangan. Pertama, karena mobil yang ditumpangi bukan sembarang kendaraan. Adalah jenis mobil gardan ganda yang memang khusus dirancang menerobos off road atau medan berat.
Kedua, keinginan kuat menyaksikan secara langsung seperti apa kondisi jaringan jalannya. Apalagi jaringan jalan yang membelah Kampung Purak, Perang, Balus, Ngusu, Wira, Neros, Kotol hingga Mukun, sejak lama diandalkan sebagai salah satu nadi ekonomi Matim. Lalu masih ditambah pertimbangan lainnya: “Melki – Johni” mesti hadir hingga perkampungan terpencil!
Benar saja. Jalan bopeng sudah harus dilalui sejak persimpangan di Warat, titik hulu Borong, kota Kabupaten Matim. Begitu memasuki persimpangan, sudah harus melewati jalan bopeng. Balutan aspal masa lalu memang masih tampak bekasnya di beberapa titik.
Namun jejaknya sudah terputus putus dan berlubang lubang. Menghadapi kondisi jalan seperti itu, mengharuskan kendaraan merangkak pelan.
Bepergian kali ini dari arah pesisir. Semakin jauh ke pegunungan, terasa semakin menantang. Mungkin lantaran kondisi jalannya yang berantakan, hingga perjalanan lengang. Selain sepeda motor, amat jarang papasan dengan kendaraan entah dari arah berlawanan atau yang menyusul.
Debaran jantung sesekali terasa berdegup lebih cepat dari biasanya, terutama ketika harus menerobos tikungan tajam dan berlapiskan batu licin pula. Saat seperti itu, pengemudi harus lincah berancang ancang. Harus tancap dari jarak terukur dan yakin bisa melewatinya.
Tahan napas, sambil berharap cemas. Lalu terdengar putaran roba beradu keras dengan lapisan bebatuan hingga menebarkan aroma bakaran ban.
Setelah hampir sejam melintas, tersusul sebuah pick up berpenumpang belasan orang. Tak jauh di depan mobil yang saya tumpangi, pick up itu terlihat menepi dan berhenti. Para penumpangnya turun. Lalu bersama pengemudinya, Fergius, mendekat dan memohon ikut menumpang hingga melewati tanjakan berat dan tajam di depannya.
Para penumpang pun pindah mobil dan perjalanan tertolong hingga titik aman di sebuah persimpangan bagian hilir Kampung Perang.
Sebagai tanda terima kasih, mereka – termasuk Fergius sopirnya – dengan ikhlas membungkus paslon 02 Melki – Johni. “Terima kasih, Melki – Johni bungkus” kata sejumlah penumpang.
Hampir merata
Kerja blusukan politik di Manggarai Raya menyongsong pilgub – juga pilkada 22 kab/kota – NTT, manfaatnya ganda. Bagi saya, blusukan itu tak hanya upaya meningkatkan pemerimaan masyarkat bagi paslon yang didukung: Melki – Joni. Manfaat lainnya adalah sekalian menyaksikan infrastruktur jalan.
Tentu termasuk jaringan jalan yang telah kehilangan daya dongkraknya sebagai penggerak ekonomi rakyat, seperti jalur Warat – Purak, Perang, Balus, Ngusu, Wira, Neros, Kotol hingga Mukun.
Khusus di Manggarai Timur, potret jalan bopeng masih terlihat di mana mana. Tidak hanya sejak persimpangan Warat hingga Mukun. Kondisi jaringan jalan buruk lainnya dapat disaksikan antara Borong – Sola – Gurung – Nggokong – Pau – Dalo – Mera – Kedeng hingga Watuata. Juga antara Kisol – Pandu – Munde – Sambi – Rende – Mbapo hingga Kakang.
Keterisolaian wilayah akibat buruknya jaringan jalan di Matim, juga masih menjadi keluhan luas warga di wilayah Elar Raya, Lamba Leda, Congkar dan Sambi Rampas.
Bahkan tak sedikit warga Matim ketika harus bepergian dari Borong ke sejumlah perkampungan di Kecamatan Elar Selatan, atau sebaliknya, harus melambung melalui kabupaten tetangga, Ngada.
Meski jadinya dua kali lebih jauh, perjalanan itu jadi pilihan banyak warga sekadar menghindari jalan buruk di wilayah Matim.
“Kami dari Runus kalau ke Borong atau ke Ruteng, lebih nyaman dan cepat melalui Kabupaten Ngada karena jaringan jalannya mulus. Ya dari Manggarai ke Manggarai,” kata Eldus Sambi, warga Runus, Elar Selatan.
Ketika menyapa sejumlah tokoh masyarakat saat blusukan politik hingga pekan lalu, mereka umumnya mengeluhkan kondisi jalan yang tak terurus. Sebut di antaranya, Domi Magut, warga Kampung Ngusu yang juga mantan Kades Balus Permai.
“Kami baru tahu Melki – Johni sebagai salah satu paslon di pilgub NTT. Nama keduanya terutama Pak Melki memang sudah terdengar lama. Kami dukung, namun jika nanti terpilih, jangan lupa benahi jaringan jalan kami,” begitu kata Domi Magut saat disapa di kampungnya, Ngusu, pekan lalu.
Keluhan dan harapan senada disampaikan oleh sejumlah tetua seperti Sius Liur (Kampung Kedeng, Kec Kota Komba), Perry Woni (mantan kades Pa’anleleng, Kec Kota Komba Utara), atau sejumlah tetua di Elar Selatan seperti Melkior Jalang, Ben Lalung, Nelis Sambi dan Mikael Beos.
Melki – Johni punya solusi
Menyaksikan keterisolasian wilayah akibat buruknya jaringan jalan, sebenarnya masih menjadi pemandangan meluas di NTT, termasuk di Manggarai Timur.
Berbagai pihak mengakui upaya perbaikannya terlampau sulit bisa bergerak cepat jika hanya mengandalkan APBD – apakah tingkat provinsi apalagi dari APBD Kabupaten.
Menghadapi kondisi infrastruktur jalan yang asih berantakan, paslon 02 Melki – Johni ternyata memiliki solusi.
Cagub Melki Laka Lena pada banyak kesempatan mengatakan pihaknya sudah berkomunikasi dengan kementerian terkait di Jakarta dan mengatakan bahwa urusan jaringan jalan – apakah berstatus jalan provinsi atau kabupaten/kota, dimungkinkan bisa diintervensi dari APBN.
Namun tentu ada syaratnya. Perwujudan intervensi pusat dimaksud dipastikan berjalan mulus dan cepat jika Melki – Johni keluar sebagai pemenang konterstasi pilgub NTT pada 27 November 2024.
Alasannya karena Melki – Johni dalam lingkaran regim kekuasaan Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka. Maju sebagai paslon di pilgub NTT, Melki – Johni didukung 11 parpol, yang adalah KIM-plus. Melki Laka Lena sendiri adalah Ketua Tim Kampanye Daerah Probowo – Gibran NTT ketika pilpres sembilan bulan lalu.
Ketika itu, NTT termasuk salah satu provinsi yang diestimasi tak bakal memberikan kemenangan untuk Prabowo – Gibran. Estimasi itu ternyata melenceng.
Kerja keras Melki Laka Lena bersama timnya saat itu berhasil menyumbangkan kemenangan hampir 62 persen dari NTT. Capaian itu malah lebih tinggi dari rata rata kemenangan secara nasional, 58 %.
Selain berada dalam lingkaran kekuasaan regim sekarang, capaian tersebut pasti dicatat sebagai saham berharga yang memudahkan Melki – Johni menggaet berbagai paket membangunan dari pusat untuk NTT. Termasuk pembenahan infrastruktur jalan!