Petani Lembata Enggan Kembangkan Sorgum

  • Whatsapp
Sorgum/Foto: Bruhway

Kupang—Kendati cocok dengan daerah kering seperti Lembata, namun pascapanen raya sorgum di Desa Wuakerong, seluas 3 Ha, warga setempat masih enggan mengembangkan tanaman tersebut.

Hasil panen 3 Hektar lahan yang sudah dikembangkan di Desa Wuakerong, Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, NTT kini masih dijual ke pihak terbatas yakni pihak Keuskupan Larantuka.

Read More

Vibronia Peni, Koordinator kelompok pengembangan Shorgum, Desa Wuakerong, Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, NTT, Selasa (13/9) mengatakan, Hanya ada satu kelompok disini yang bekerja mengembangkan sorgum dan kelompok ini sekarang memakai tanah milik paroki seluas tiga hektar. Menurutnya tanaman ini sangat membantu kebutuhan pangan masyarakat karena dapat diolah menjadi berbagai macam jenis makanan.

Sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak dan bahan baku industri. Sebagai bahan pangan, sorgum berada pada urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi, dan jelai. Untuk Kabupaten Lembata, shorgum dikembangkan di dua tempat yakni di Wuakerong Kecamatan Nagawutung dan salah satu desa di Kedang.

Untuk desa Wuakerong, pengembangan dan budi daya sorgum baru memasuki tahun pertama dengan inisiatif murni datang dari Delsos Keuskupan Larantuka. Menurut Koordinator kelompok pengembangan sorgum wuakerong Vibronia Peni, di Kacamatan Nagawutung pengembangan tanaman serba guna ini baru dimulai di desa Wukerong.

“Ini tahun pertama jadi tampaknya masyarakat masih ragu-ragu untuk tanam. Tapi saya yakin kedepannya semua masyarakat akan mengembangkan tanaman ini karena dapat dipanen tiga kali setahun dan sangat berguna selain bahan pangan tapi juga sebagai pakan ternak,” kata Peni. (sumber: media indonesia/alex taum)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.