Kampar – Jet tempur BAe Hawk 209 milik TNI Angkatan Udara jatuh di Desa Kubang Jaya, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau, sekitar pukul 08.13 WIB.
Kecelakaan itu terjadi tidak jauh dari runway 36 Landasan Udara Roesmin Nurjadin di Pekanbaru. Pilot selamat setelah melontarkan diri dari pesawat menggunakan ejection seat.
Dikutiip dari Kompas.com, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsma TNI Fajar Adriyanto mengatakan pesawat itu dikendalikan oleh pilot Lettu Pnb Apriyanto Ismail. “Dari Skadron Udara 12 Lanud Roesmin Nurjadin (Rsn) Pekanbaru,” ujar Dia.
Sementara itu di laman resmi TNI AU, seperti dikutip dari cnnidonesia.com, BAe Hawk 209 adalah pesawat jet latih interim untuk pesawat tempur jet generasi 4, seperti F-16, F-15, dan sebagainya. Pesawat yang diproduksi oleh perusahaan asal Inggris bernama BAE Hawk itu menggunakan radar modern APG-66 dan rudal AIM-9 Sidewinder.
Jet Lawas
TNI AU menyampaikan BAE Hawk 209 mulai digunakan sejak tahun 1997. Indonesia membeli varian Hawk 100 dan 200. Hawk Mk 109 atau 209 merupakan kode untuk Hawker-Siddeley Hawk yang diekspor ke Indonesia. Sementara kode 8 digunakan untuk Malaysia, contoh Hawk 108 dan 208.
Hawk 200 menetap di sejumlah pangkalan AU, salah satunya di Skuadron 12 Rusmin Nuryadin Pekanbaru.
Misi Khusus
Melansir Air Force Technology, Hawk 200 merupakan pesawat tempur multi-peran dengan satu tempat duduk. Pesawat yang diklaim ringan itu digunakan untuk misi pertahanan udara dan serangan darat.
Pada misi pertahanan udara, Hawk 200 dapat mencapai dua jam dengan patroli 100nm dari pangkalan ketika dilengkapi dengan tangki bahan bakar underwing. Dalam peran dukungan udara, Hawk 200 memiliki radius aksi lebih dari 100nm. Ketika dilengkapi dengan tangki bahan bakar eksternal, Hawk 200 dapat memberikan 2.000 lb persenjataan pada kisaran hampir 300nm.
Banyak Senjata
Hawk 200 memiliki 11 titik penyimpanan eksternal dengan empat tiang underwing, sebuah tiang di bawah badan pesawat dan stasiun rudal udara-ke-udara ujung sayap.
Jet itu juga dilengkapi pistol, peluncur roket, pod pengintai, bom seberat 1.000 lb, runway cratering, bom anti-personel, bom latihan, bom cluster, pembawa roket, dan tangki bahan bakar eksternal.
Sistem peperangan elektronik pesawat itu meliputi radar penerima peringatan dan hingga suar otomatis yang dioperasikan secara manual.
Mesin Roll Royce
Hawk 200 didukung oleh Adour 871 twin-spool, mesin turbofan rasio bypass rendah dari Rolls-Royce. Tangki bahan bakar pesawat diklaim fleksibel dipasang di badan pesawat dan tangki integral kompartemen terletak di sayap. Tangki eksternal juga dapat dibawa di dalam tiang bawah sayap.
Digunakan Sejumlah Negara
Selain Indonesia, sejumlah negara dikabarkan juga membeli pesawat tersebut untuk melengkapi kekuatan angkatan bersenjata mereka. Salah satu negara yang membeli Hawk adalah Malaysia.
Lihat juga: Kesaksian Warga soal Pesawat Tempur TNI Jatuh di Kampar, Riau
Melansir Fighter Planes, Malaysia sempat memesan 10 unit Hawk 108 dan 18 unit Hawk 208 pada akhir tahun 1990 dan tiba pada tahun 1993 hingga 1995.
Sedangkan Indonesia, dikabarkan memesan 8 unit Hawk 109 dan 16 unit Hawk 209, dengan opsi tambahan 16 uni Hawk 2019 pada tahun 1993. Seluruh pasawat dikabarkan tiba di Indonesia pada tahun 1996-1998.
Selain itu, Oman juga menjadi operator pesawat tersebut. Dalam situs Aircraft Compare, harga satu unit Hawk 200 mencapai US$29 juta (sekitar Rp412,4 miliar).
Sensor Canggih
Hawk 200 dilengkapi dengan radar multi-mode Northrop Grumman APG-66H, sistem navigasi inersia giroskop laser cincin LINS 300, sensor data udara, prosesor layar, dan komputer misi. Sistem tersebut saling terhubung oleh dual redundant digital bus.
Radar jet itu diklaim memiliki sepuluh mode udara ke darat dan sepuluh mode darat ke udara untuk memperbaiki navigasi dan membidik senjata. (sumber: cnnindonesia.com dan kompas.com)