Ba’a – Pemerintah Kabupaten Rote Ndao bekerja sama dengan SIAP SIAGA NTT menyelenggarakan Workshop, Gladi Ruang, dan Gladi Lapangan Rencana Kontinjensi Cuaca Ekstrem selama dua hari di Ba’a, ibu kota kabupaten.
Workshop dan Gladi Ruang dilaksanakan pada Selasa (14/10) di Auditorium Tiilangga, sedangkan Gladi Lapangan dijadwalkan berlangsung pada Kamis (16/10) di Kelurahan Namodale, Kecamatan Lobalain.
Kegiatan ini dibuka Wakil Bupati Rote Ndao, Apremoi Dudelusy Dethan, yang menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam membangun kesiapsiagaan menghadapi bencana.
“Di tengah keterbatasan keuangan daerah akibat efisiensi anggaran, pemerintah mendorong kolaborasi dengan berbagai pihak. Saya menyampaikan apresiasi kepada Program SIAP SIAGA yang telah memfasilitasi kegiatan ini,” ujar Wakil Bupati Apremoi.
Menurutnya, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kapasitas, koordinasi, komunikasi, serta memantapkan peran setiap pemangku kepentingan melalui simulasi bencana sebagai bagian dari upaya membangun ketangguhan daerah terhadap cuaca ekstrem.
Workshop diikuti sekitar 100 peserta dari berbagai unsur, termasuk OPD seperti BPBD, Dinas Kominfo, Dinas Kesehatan, Dinas Perikanan, dan Dinas Pertanian; serta perwakilan forum disabilitas, Forum PRB, BMKG, Polres, Kodim 1627 Rote Ndao, pemerintah kecamatan dan kelurahan, lembaga keagamaan, media massa, dan dunia usaha.
Dua narasumber utama hadir dalam kegiatan tersebut, yaitu, Janwes Nauk, Kepala Pelaksana BPBD Rote Ndao, yang memaparkan strategi peningkatan kesiapsiagaan menghadapi bencana di daerah; dan
Prima Amalo, Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III D.C. Saudale, yang membawakan materi tentang sistem peringatan dini dan karakteristik cuaca ekstrem di Kabupaten Rote Ndao.
Sesi Gladi Ruang difasilitasi oleh Sintus Carolus da Costa, Spesialis Kesiapsiagaan SIAP SIAGA, dan Kristian Nggelan, Spesialis Manajemen Risiko Bencana SIAP SIAGA. Melalui workshop dan gladi ini, peserta berlatih mekanisme koordinasi lintas sektor, mencatat peran dan tanggung jawab antarinstansi, serta menyusun rekomendasi untuk penyempurnaan Rencana Kontinjensi Cuaca Ekstrem Kabupaten Rote Ndao.
Menurut Sintus da Costa, gladi ruang bertujuan agar peserta memahami peran, tugas, dan prosedur masing-masing lembaga, sekaligus menguji sejauh mana prosedur yang telah disusun dapat diterapkan di lapangan. Latihan ini juga menjadi sarana untuk memperoleh masukan guna penyempurnaan dokumen kontinjensi.
Kepala Pelaksana BPBD Rote Ndao, Janwes Nauk, menambahkan bahwa kegiatan ini menjadi proses pembelajaran bersama. “Hari ini kami semua belajar. Bukan hanya OPD lain, tetapi kami dari BPBD juga belajar tentang proses yang seharusnya sering dilakukan, namun karena satu dan lain hal belum rutin dilaksanakan,” ujarnya.
“Proses ini memberi banyak pengetahuan baru yang bisa diterapkan di lapangan. Karena itu, kami sangat berterima kasih kepada seluruh peserta dan tim SIAP SIAGA yang telah memfasilitasi kegiatan ini,” lanjutnya.
Ia juga berharap kegiatan seperti gladi ruang dapat dilakukan lebih sering untuk memperkuat koordinasi antarinstansi di masa depan. Sementara itu, Gladi Lapangan (Field Testing Exercise) akan dilaksanakan pada Kamis (16/10) di Kelurahan Namodale untuk menguji penerapan rencana kontinjensi di lapangan secara langsung.
Rote Ndao Belajar dari Siklon Tropis Seroja
Kabupaten Rote Ndao merupakan salah satu daerah di Nusa Tenggara Timur yang terdampak Siklon Tropis Seroja pada 4 April 2021. Bencana tersebut merusak sedikitnya 1.190 rumah di 119 desa dan kelurahan, serta menyebabkan lebih dari 1.300 orang mengungsi.
Pasca-Seroja, pemerintah daerah melakukan berbagai langkah untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi bencana. Dengan dukungan SIAP SIAGA NTT, Pemkab Rote Ndao telah menyusun sejumlah dokumen penting, antara lain Kajian Risiko Bencana (KRB), Rencana Kontinjensi Gempa Bumi dan Tsunami, dan Rencana Kontinjensi Cuaca Ekstrem
Selain itu, penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) juga sedang berjalan dengan dukungan SIAP SIAGA. “Kami berharap tahun depan penyusunan RPB bisa dilanjutkan setelah KRB selesai. KRB 2021–2025 akan segera diperbarui untuk periode 2026–2030 mulai akhir tahun ini,” jelas Janwes Nauk.
Ia menambahkan, Rencana Kontinjensi Gempa Bumi dan Tsunami sudah tersedia, namun belum diuji coba. “Mudah-mudahan tahun depan bisa dilakukan gladi simulasi,” ujarnya.
Menurut Janwes, idealnya setiap jenis ancaman bencana memiliki rencana kontinjensi tersendiri. Dari sembilan ancaman bencana yang teridentifikasi di NTT, Kabupaten Rote Ndao baru memiliki dua dokumen kontinjensi.
“Kami berharap tahun depan dapat disusun satu lagi, yaitu Rencana Kontinjensi Kekeringan. Hampir setiap tahun kami menetapkan status siaga kekeringan, namun dokumen rencananya belum tersedia,” katanya.
Melalui kegiatan workshop dan latihan ini, Pemerintah Kabupaten Rote Ndao bersama Program SIAP SIAGA berharap dapat memperkuat sinergi antara pemerintah daerah, lembaga teknis, dan masyarakat dalam upaya mengurangi risiko bencana serta meningkatkan ketangguhan terhadap cuaca ekstrem. (*/gma)














