Pakar Kaji Kemajuan dan Kendala Eliminasi TB di NTT

  • Whatsapp
Foto: lintasntt.com

 

Kupang–Sejumlah pakar yang tergabung dalam Tim Joint External Monitoring Mission (JEMM) berkunjung ke dua kota di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk melakukan kajian tehadap kemajuan dan kendala program Tuberkulosis (Tb) di daerah itu.

Kegiatan itu juga bertujuan melihat kesiapan pemerintah provinsi, kabupaten dan kota melakukan eliminasi malaria demi mencapai target eliminasi TB secara nasional pada 2030.

“Kami juga mengunjungi Kota Kupang dan Belu, rumah sakit pemerintah dan swasta, puskesmas dan pasien. Kami menemukan infrastruktur di puskesmas sudah baik. BPJS juga sudah ada dan cukup baik sehingga pasien tiak harus membayar banyak,” kata anggota Tim JEMM, dokter Sreeenivas A Nair dari Global Health Campus, Genewa, Swiss seusai pertemuan di Kupang, Senin (27/1/2020).

Anggota tim lainnya berasal dari dokter Partha Pratim Mandal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Global Fund, USAID, dan Kementerian Kesehatan dan melaporkan hasil kajian lapangan tersebut kepada Asisten 1 Setda NTT Ahmad Jamaludin dan Kepala Dinas Kesehatan NTT dokter Dominikus Mere.

Di lapangan, tim yang terdiri dari sembilan orang, mengkaji kemajuan dan kendala TB meliputi penemuan kasus secara aktif, public private mix (PPM), pelibatan organisasi berbasis masyarakat, program manajemen tuberkulosis reisten obat, TB HIV, TB Anak, TB Laten dengan penyakit lainnya.

“Kami melihat ada kelemahan seperti masih kurangnya pelibatan masyarakat. Kita akan beri rekmendasi ke pusat untuk kampanye besar-besaran pemberantasan TB seperti kampanye polio dan malaria,” tandasnya

Dia juga minta pemerintah daerah dari level tertinggi sampai di desa mendorong warga yang mempunyai gejala TB seperti batuk dan demam segera memeriksakan diri. Dia menganjurkan pemeriksaan TB menggunakan tes diagnostik terbaru yakni Tes Cepat Molekuler (TCM), sudah tersedia di seluruh kabupaten dan kota.

Foto : lintasntt.com
Foto : lintasntt.com

Menurutnya, masih banyak kebutuhan sumber daya untuk program TB di NTT. Karena itu, temuan-temuan tersebut akan menjadi rekomendasi tim yang selanjutnya disampaikan ke pemerintah pusat.

“Ketika kami membawa ini sebagai rekomendasi nasional, pusat yang akan memberikan arahan kepada daerah,” tambahnya.

Sesuai data yang ada, cakupan pengobatan TB di NTT masih rendah yakni 30%. Namun, capaian sebesar itu menjadi arah bagi pemerintah ke mana seharusnya mengarahkan program eliminasi TB.

“Masih ada kesempatan bisa mencapai eliminasi TB pada 2030, tetapi tidak hanya melakukan pengobatan orang yang sakit, tetapi memberikan pengobatan terhadap orang yang tidak sakit, tetapi terinfeksi TB tetapi belum sakit. Pengobatan ini yang belum dimulai,” ujarnya. (mi)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.