Nutrition International-Save the Children Gelar Lokakarya Pencegahan Anemia untuk Remaja Putri

  • Whatsapp
Foto: dok

Kupang – Nutrition International (NI) dan Save the Children, bekerja sama dengan Yayasan Masyarakat Tangguh Sejahtera (Marungga Foundation) menggelar Lokakarya Orientasi Program Pencegahan Anemia bagi Remaja Putri di Kabupaten Kupang sejak 24-26 November 2020.

Pencegahan anemia bagi remaja melalui Program BISA (Better Investment for Stunting Alleviation) yang didanai oleh Pemerintah Kanada dan Australia melalui DFAT, Asia Philanthropy Circle, dan the Power of Nutrition.

Kegiatan ini dibagi ke dalam empat (4) kelas mengikuti standar protokol kesehatan covid19 dan dihadiri oleh total sekitar 144 peserta.

Para peserta terdiri dari pemangku kepentingan di tingkat kabupaten dan kecamatan baik itu Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Bapelitbangda, Tokoh Agama, Puskesmas, dan kepala sekolah dan guru UKS dari 50 SMA dan SMK di Kabupaten Kupang.

Dalam acara ini, Deputy of Chief Party Project BISA, Donatus Klaudius Marut, memaparkan hasil baseline survey yang dilaksanakan oleh Nutrition International dan SEAFAST IPB tahun 2020.

Prevalensi anemia pada remaja putri dengan usia di atas 15 tahun di Kabupaten Kupang adalah 72,2%, gabungan dari anemia ringan, sedang, dan berat. Hanya ada 27,8% remaja putri yang tidak mengalami anemia. Dengan kata lain, ada hampir 4 dari 5 remaja putri yang mengalami anemia.

Selain itu, dalam satu tahun terakhir, ada 59,2% remaja putri yang menerima setidaknya satu tablet tambah darah (TTD), hanya 6,1% remaja putri yang menerima dosis sesuai rekomendasi selama 6 bulan terakhir dan 5,2% selama setahun terakhir.

Dalam hal konsumsi TTD, hanya 25,7% remaja putri yang meminum setidaknya satu tablet selama setahun terakhir, 2,4% yang mengkonsumsi tablet sesuai dosis yang direkomendasikan selama 6 bulan terakhir, dan 2,3% yang mengkonsumsi sesuai dosis selama setahun terakhir. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan yang cukup besar antara TTD yang diterima dengan TTD yang dikonsumsi oleh remaja putri.

Kondisi ini perlu menjadi perhatian pemerintah daerah dan berbagai unsur dalam masyakarat. Kolaborasi dan koordinasi pemangku kepentingan tingkat Kabupaten sampai tingkat desa dalam mengimplementasikan program Pencegahan Anemia pada Remaja Putri di Kabupaten Kupang sangat diperlukan.

Para pemangku kepentingan terkait perlu memiliki kapasitas yang mumpuni untuk memahami isu dan menjalankan strategi pencegahan dan penanggulangan anemia, terintegrasi dalam program yang telah direncanakan baik di tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan, dan desa.

Wakil Bupati Kabupaten Kupang, Jerry Manafe menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Kupang termasuk OPD-OPD terkait, khususnya Dinas Kesehatan, telah berupaya meningkatkan cakupan TTD bagi remaja putri, yang merupakan salah satu komposit dari 25 indikator penanganan isu stunting.

Dia mengucapkan terima kasih karena Program BISA yang difasilitasi oleh Nutrition International dan Save the Children akan memperkuat program pemerintah daerah dengan melaksanakan intervensi spesifik pencegahan anemia pada remaja putri.

Beliau berharap upaya pencegahan stunting jangka panjang dengan investasi pada remaja putri dapat menghasilkan generasi Kabupaten Kupang yang sehat dan cerdas.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, dokter Robert A. J. Amheka memaparkan, tujuan-tujuan yang akan dicapai oleh Program BISA termasuk dalam strategi jangka panjang Pemerintah Indonesia untuk Aksi Konvergensi Penanganan Stunting 2018-2024.

Dia menghimbau kepada para peserta, baik dari pihak Dinas Kesehatan, Puskesmas, guru UKS dan kepala sekolah untuk mengingat 5 pilar penanganan stunting, yaitu 1) Komitmen dan visi kepemimpinan nasional dan daerah, 2) kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, 3) konvergensi program pusat, daerah, dan desa, 4) ketahanan pangan dan gizi, dan 5) pemantauan dan evaluasi. Isu stunting bukan tentang ukuran tinggi badan baik pendek maupun kerdil.

Isu stunting mencakup kurangnya asupan nutrisi dari sejak janin dalam kandungan dan saat 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang mengakibatkan kurang berkembangnya otak dan aspek penting lain dalam tumbuh kembang anak. “Orang NTT harus berubah,” katanya. “Jika orang NTT sebelumnya malas, bodoh, dan miskin. Maka kita harus mengubahnya menjadi rajin, cerdas, dan kaya.”

Salah seorang narasumber, dr. Angelique R. Kuhurima, Plh. Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Kupang, memaparkan beberapa materi teknis tentang anemia pada remaja putri. Anemia adalah keadaan dimana kadar Hemoglobin di bawah normal (WHO, 2014). Remaja Putri mengalami anemia bila kadar Hb <12 mg/dL.

Anemia tidak sama dengan kurang tekanan darah. Penyebab anemia pada remaja putri karena mengalami percepatan pertumbuhan (growth spurt II), peningkatan kebutuhan zat besi, dan kurangnya asupan zat gizi. Gejala anemia dikenal dengan istilah 5L: lemah, letih, lunglai, lelah, lesu. Dampak anemia bagi remaja putri bisa berpengaruh pada proses dan hasil belajar di sekolah.

Anemia bisa mengakibatkan konsentrasi belajar rendah, yang bisa berpengaruh pada penurunan prestasi di sekolah. Cara mencegah dan mengatasi anemia pada remaja putri adalah konsumsi makanan bergizi seimbang dan kaya zat besi, serta konsumsi tablet tambah darah seminggu sekali sepanjang tahun.

Untuk menguatkan inisiasi kolaborasi dan koordinasi pemangku kepentingan tingkat Kabupaten dan Puskesmas dalam mengimplementasikan program Pencegahan Anemia pada Remaja Putri di Kabupaten Kupang, seluruh peserta menandatangani komitmen lintas sektor bersama-sama pada akhir acara lokakarya. (*)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.