Nasib Ojek Pangkalan di Tengah Gempuran Ojol

  • Whatsapp
Tukang Ojek menunggu penumpang di Desa Penfui, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang/Foto: Nita Sari

Kupang – Hari jelang sore saat Yiseo, 43 tahun, pulang ke pangkalan ojek mini yang terletak di Desa Penfui, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, akhir pekan lalu.

Pangkalan ojek sederhana ini terletak di sisi jalan Herman Johannes, beratapkan seng dan ditopang empat tiang. Di situ, tempat Yiseo dan puluhan tukang ojek mangkal.

Read More

Saat matahari terbit pukul 06.00, ayah tiga anak sudah memanaskan mesin motornya bersiap-siap menuju pangkalan. Profesi ini sudah ditekuni sejak enam tahun lalu, tepatnya 2016. Ketika itu, mode transportai ini menjadi andalan warga.

Apalagi pemerintah kota belum menyediakan transportasi untuk melayani warga yang tinggal di wilayah tersebut. Jadinya, ojek menjadi satu-satunya pilihan warga.

Meskipun masih eksis sampai saat ini, pendapatan oek pangkalan berubah. Itu terjadi setelah masuknya ojek online (ojol). Dia merasakan penurunan pendapatan yang cukup besar sejak adanya ojol.

Warga memilih memesan ojol lewat smartphone daripada datang ke pangkalan. Orderan menurun yang membuat pendapatan juga menurun. Saat ojek pangkalan masih eksis, setiap hari ia membawa pulang uang Rp100 ribu, tetapi sekarang jauh berkurang. “Paling banyak dapat Rp40.000 sehari,” katanya.

Sekarang, tidak banyak aktivitas yang mereka lakukan di pangkalan mini itu. Ketika jurnalis warga tiba di sana, hanya raut wajah murung yang seolah-oleh mengambarkan perasaan mereka.

Di setiap duduk mereka, ada harapan rejeki yang menghampiri, suara panggilan bergema ‘ojek.. ojek..jarang terdengar. Tetapi itu bukan alasan. Tekun dengan profesi sebagai tukang ojek itu yang utama.

Di zaman ini, manusia menjalankan segala proses kehidupannya menyelaras dengan situasi serba online. Situasi ini berdampak sangat besar bagi para tukang ojek karena kebanyakan orang-orang mulai mengalihkan kebiasaannya untuk tidak lagi di boncengi ojek manual, tetapi bergantung pada ojek online.

Dia juga ingin beralih ke ojek online, tetapi belum punya smartphone dan juga pemahaman tentang aplikasi ojek online masih minim.

Keberadaan ojol seperti grab masih memberi cukup peluang, namum tidak dengan kehadiran ojol jenis Maxim. Grab memasang meleset jauh dari harga ojek umumnya. Berbeda dengan maxim dibandrol tarif yang sangat ramah kantong. Untuk itu, ia berharap bisa secepatnya bergabung dengan ojol, tentu dengan harapan pendapatan sehari bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. (Nita Sari/Jurnalis Warga)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.