Bima – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar menyambangi Pelabuhan Bima di sela-sela kunjungan kerja di Nusa Tenggara Barat, Sabtu (7/11/2020).
Kunjungan Gus Menteri, sapaan akrabnya itu, ke Pelabuhan Bima untuk meninjau langsung Program Tol Laut yang termasuk dalam rangkaian program andalan Presiden Joko Widodo ini hingga Pelabuhan di Maumere di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Tiba di Pelabuhan Bima, Gus Menteri yang ditemani Nyai Lilik Umi Nashriyah langsung meninjau Container Way di Pelabuhan dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
Selama di Terminal Kontainer yang dikelola Pelindo III itu, Gus Menteri melihat langsung fasilitas yang dimiliki dan mengamati secara langsung alur distribusi barang yang masuk. Setelah itu, Gus Menteri kemudian melihat langsung Pelabuhan Rakyat yang masih jadi bagian tol laut itu.
Kemudian Doktor Honoris Causa dari UNY itu berpindah ke Kantor Syahbandar dan Operasional Pelabuhan (KSOP) untul meninjau dan mendengarkan perkembangan program Tol Laut di Pelabuhan itu dari Kepala KSOP Ilyas M Natsir.
Ilyas dalam paparannya mengatakan Pelabuhan Bima tidak hanya melayani penumpang, tapi juga alur distribusi barang, termasuk hasil pertanian seperti jagung dan bawang. Pelabuhan ini juga ternyata melayani distribusi pengiriman hewan ke sejumlah daerah.
Ilyas berharap nantinya ada penambahan rute Tol Laut hingga ke Timika karena petani bawang itu pasarkan produknya hingga wilayah itu. Ilyas juga mewacanakan menggandeng BUMDes untuk bekerja sama, yang formatnya sedang dimatangkan.
Gus Menteri mengatakan, Kemendes PDTT memang telah membangun ekosistem untuk produk-produk hasil pertanian. Olehnya, penting juga agar produk-produk pertanian NTB itu dipasarkan ke luar wilayah dengan menggunakan Tol Laut.
Namun, kata Gus Menteri, harga tol laut itu harus dievaluasi kembali agar bisa lebih berkembang nantinya. “Saya pernah kirim barang ke Australia masih lebih murah ketimbang kirim ke Timika,” kata Doktor Honoris Causa dari UNY ini.
Itu menjadi lebih murah karena kapal yang balik dari Australia muatannya tidak kosong. Sedang dari Timika kadang kosong hingga itu menjadi beban. Olehnya, kita optimalkan dulu semua potensi yang ada. Semua pihak harus berperan agar terjadi percepatan. (Kemendes PDTT)