Membuka Isolasi Flores Lewat Utara

  • Whatsapp
Ilustrasi/Foto: Lintasntt.com

Labuan Bajo–Puluhan perahu membuang sauh di pesisir pantai Dusun Rangko, Desa Tanjung Boleng, Kecamatan Terang, Manggarai Barat, NTT, Minggu (23/7) siang.

Bagi penduduk Rangko, perahu tidak hanya sebagai sarana menangkap ikan di laut, tetapi juga alat penghubung satu-satunya dengan wilayah lain, seperti Labuan Bajo, ibu kota Manggarai Barat.

Rangko tidak seperti empat dusun lain di Tanjung Boleng yang memiliki akses jalan yang lancar. Ruas jalan yang menghubungkan Labuan Bajo-Rangko sekitar 15 kilometer (km) mayoritas terdiri atas tanah dan batu. Ruas jalan ini baru dibuka pada 2012 setelah hanya berupa jalan setapak.

“Pada musim hujan, jalan tidak bisa dilewati karena berlumpur dan licin. Rangko juga terisolasi saat musim barat karena perahu tidak berlayar,” kata Kepala Dusun Rangko Ibrahim. Padahal, dusun kecil berpenduduk 666 orang ini merupakan pemasok ikan segar dan ikan asin untuk kebutuhan warga Labuan Bajo.

“Ikan dari Rangko selalu dicari karena begitu ditangkap, langsung dibawa ke pasar. Beda dengan ikan dari pulau-pulau lain dibekukan (frozen) dulu beberapa lama baru dijual,” tuturnya. Selama bertahun-tahun pula, Rangko terisolasi dari kantor desa dan kantor kecamatan yang membuat ongkos angkutan menjadi lebih mahal.

Sebagai contoh, warga yang akan mengurus surat-surat di kantor desa mesti berjalan memutar sejauh 40 km sebelum tiba di kantor desa. Sekadar perbandingan, jika memutar, ongkos angkutan dari Rangko ke kantor desa mencapai Rp500 ribu. Berbeda jika dengan perahu motor, ongkos hanya Rp150 ribu. Padahal jarak antara Rangko dan kantor desa hanya 6 km.

“Jika jalan sudah dibuka, butuh sekitar 20 menit tiba di kantor desa dengan ongkos kurang dari Rp50 ribu,” ujarnya. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Jalan Labuan Bajo-Batas Ruteng, Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Wilayah X, Yos Ana Rato, memastikan pada Desember 2017, penduduk Rangko sudah bebas pergi ke kantor desa dengan lebih cepat dan murah daripada biasanya.

Menurutnya, pemerintah tengah membuka isolasi utara Pulau Flores. Untuk 2017, jalan terbagi dalam dua paket sepanjang 33 km, yakni Paket Jalan Labuan Bajo-Boleng-Terang (Manggarai Barat) dan Kedindi (Manggarai) sejauh 24,5 km, di antaranya melewati Rangko dengan anggaran Rp45,7 miliar.
Ruas jalan itu dibangun hingga Reo, lokasi depo Pertamina yang selama ini menyuplai bahan bakar minyak (BBM) di Flores. Paket kedua ialah akses Bandara Komodo-Labuan Bajo sejauh 8,20 km dengan anggaran Rp25,5 miliar.

Menurutnya, kondisi geografis berupa tebing dan rawa yang sulit secara perlahan mulai terbuka. Di antaranya menimbun rawa dan memotong tebing. Pembukaan ruas jalan ini dijadwalkan rampung pada Desember 2017. Yos menyebutkan ruas Jalan Labuan-Reo berjarak 119 km, 77 km di antaranya belum ditangani.

Jika ruas jalan ini selesai dibangun, pasokan BBM dari Reo ke Labuan Bajo menjadi lebih cepat dan lancar. “Selama ini pengangkutan BBM termasuk avtur melewati Ruteng, Kabupaten Manggarai, baru ke Labuan Bajo dengan jarak 200 km,” ungkapnya.

Lain halnya bila pengangkutan BBM melewati utara Flores, jaraknya hanya 100 km sehingga lebih ekonomis. “Pembukaan ruas jalan utara Flores akan menghidupkan ekonomi masyarakat dan berdampak pula terhadap pariwisata,” tukas Yos. (sumber: mediaindonesia/palce amalo)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.