Maknai 50 Tahun Perjalanan, ChildFund International Dorong Partisipasi dan Dukungan Lebih Banyak Pihak

  • Whatsapp

 

Wujud komitmen berkelanjutan ChildFund International di Indonesia untuk menciptakan dunia di mana anak-anak bisa mendapatkan hak-hak dan menggapai potensi mereka.

Kupang – Maknai 50 Tahun Perjalanan, ChildFund International Dorong Partisipasi dan Dukungan Lebih Banyak Pihak Wujud komitmen berkelanjutan ChildFund International di Indonesia untuk menciptakan dunia di mana anak-anak bisa mendapatkan hak-hak dan menggapai potensi mereka.

Hadir di Indonesia sejak tahun 1973, ChildFund International di Indonesia secara konsisten terus berjuang untuk mewujudkan dunia di mana anak-anak bisa mendapatkan hak dan menggapai potensi mereka.

Berbagai program dihadirkan guna mewujudkan tujuan tersebut yang berfokus pada perlindungan anak, pengembangan ekonomi berkelanjutan, mitigasi bencana dan aksi iklim, serta pembelajaran.

Bersama 4 mitra kerja, yakni Yayasan Karunia Pengembangan Anak (YKPA). Yayasan Cita Masyarakat Madani (Yacita), Yayasan Flores Children Development (FREN) dan Sumba Integrated Development (SID), ChildFund International di Indonesia telah mendukung anak dan keluarga di 11 kabupaten dan kota di Nusa Tenggara Timur.

Wilayah ini mencakup Kabupaten dan Kota Kupang, Sumba Barat Daya, Sumba Timur, Belu, Flores Timur, Ende, Sikka, Malaka, Timor Tengah Utara (TTU) dan Timor Tengah Selatan (TTS).

Di Kota dan Kabupaten Kupang, melalui Yacita, ChildFund International di Indonesia menginisiasi program keselamatan anak di ranah daring bernama Swipe Safe. Program ini bertujuan agar masyarakat dapat menavigasi internet dengan aman melalui edukasi anak, orang tua, penyedia layanan dan sekolah mengenai potensi risiko online serta pemberian keterampilan praktis bagaimana melindungi diri mereka dari risiko eksploitasi seksual, kekerasan seksual, penipuan dan peretasan di dunia online.

Silvester Seno selaku Direktur Pelaksana Yacita mengatakan Swipe Safe telah diimplementasikan di Kabupaten dan Kota Kupang sejak 2023 dan direncanakan berlanjut hingga tahun 2025. “Hingga akhir tahun 2023, program ini telah berdampak secara langsung kepada siswa-siswa dari 15 SMP, SMA dan SMK. Agar dapat berdampak secara masif, kami melatih sekitar 60 orang fasilitator yang terdiri dari orang muda, perwakilan guru dari 15 sekolah, dinas P3A, dan penggerak PKK. Kami juga menggandeng orang muda dan orang tua di komunitas seperti gereja, komunitas tuli, duta Genre, dan forum anak,” jelasnya.

“Saat ini kami telah memiliki kesepakatan dengan Dinas P & K Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengadopsi program SWIPE SAFE ke semua SMA/SMK di NTT yang dimulai dari Kota Kupang dan Kabupaten Kupang,” jelasnya lagi.

Tak berhenti di ini, Yacita dan ChildFund International di Indonesia bersama bersama pemerintah kabupaten/kota dan melalui Dinas P3A/P2KBP3A telah memfasilitasi pembentukan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) sebanyak 17 desa untuk mencegah dan merespon kasus kekerasan terhadap anak di masyarakat .

Menurut Silvester, sejak 2017 hingga kini, aktivis PATBM telah mendampingi lebih dari 56 kasus kekerasan terhadap anak.

Tim PATBM juga mendapat kapasitas dan penguatan dari pemerintah daerah, kementerian hingga lembaga seperti LBH Apik sehingga mendapat sertfikat paralegal.

Sementara itu, di Kabupaten Belu, ChildFund International di Indonesia bersama mitra YKPA telah mendukung masyarakat memiliki akta kelahiran.

Setahun sejak diinisiasi pada tahun 2018, program ini telah berdampak kepada lebih dari 20 ribu anak dan anggota masyarakat lainnya. Kepemilikan akta kelahiran di kabupaten yang awalnya hanya 50% menjadi 79% pada tahun 2020.

“Program ini telah diadopsi oleh pemerintah daerah. Petugas pendaftaran akta lahir di 12 desa, yang juga anggota PATBM, telah ditunjuk dan mereka dibiayai oleh dana desa,” jelas Martina T. Berek selaku Koordinator Project YKPA

Di Kabupaten Belu, TTU dan Malaka, YKPA membentuk 35 PAUD di 20 desa. Tina menjelaskan, 75% anak mendaftar ke sekolah dasar tanpa menjalani PAUD.

Anak-anak usia 4-5 tahun cenderung dibebaskan bermain tanpa bimbingan dan pengawasan serta dibawa ke Posyandu sebulan sekali. Untuk itu, YKPA yang telah bermitra dengan ChildFund International sejak 1988 bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Belu, Malaka dan TTU menginisiasi dan mendukung penyelenggaraan program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

“Hasilnya pun positif. Kehadiran PAUD mendukung anak-anak menikmati masa kanak-kanak yang menyenangkankarena dapat bermain, belajar, bersosialisasi dengan teman-teman mereka dan memupuk percaya diri. Di sisi lain, para tutor/pendidik PAUD pun turut merasakan manfaat yang luar biasa, karena mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri diri dan bisa memaksimalkan pengembangan potensi anak-anak hingga waktunya memasuki pendidikan dasar, ” jelas Tina.

Berbagai dukungan dan antusiasme akan program ini pun didapatkan dari berbagai pihak seperti pemerintah desa, para pemangku kepentingan, hingga masyarakat. Bahkan, masyarakat berswadaya dan bergotong royong membangun PAUD.

Di Kabupaten Flores Timur, Sikka dan Ende, ChildFund International di Indonesia berkolaborasi dengan Yayasan FREN. Salah satu capaian penting yang patut diacungi jempol adalah program Youth Voice Now di Sikka yang menekankan inisiatif orang muda sebagai agen perubahan dalam mengurangi dampak krisis iklim pada kekerasan terhadap perempuan dan anak.

“Melalui beberapa tahapan pelatihan, kami mengkapasitasi orang-orang muda di Sikka dengan ragam pengetahuan dan keterampilan. Dari mengidentifikasi masalah, mendesain solusi hingga mengaplikasikannya. Kami juga membekali mereka dengan kemampuan menulis, membuat pesan kunci, merancang kampanye di media sosial, keterampilan sosial, hingga berbicara di depan umum. Dengan demikian mereka dapat menjadi pemimpin teman sebaya dan bahkan berpartisipasi dalam forum-forum pengambilan keputusan,” ujar Rafael Ola Kerap selaku penanggung jawab M&E.

Dari program ini, orang-orang muda memiliki bekal dan keberanian menginisiasi ragam aktivitas di lingkungan mereka, seperti penanaman pohon, pengurangan sampah plastik, podcast bersama pemerintah, serta menyuarakan kepentingan anak di Musrembang di tingkat kabupaten hingga partisipasi di kegiatan global.

Yayasan FREN juga menyoroti keberhasilan program wirausaha orang muda. Inisiatif ini telah mencetak petani muda yang sebagian besar putus sekolah. Melalui pelatihan yang komprehensif, para pemuda tidak hanya meningkatkan kapasitas sebagai petani, tetapi juga mendapatkan pengetahuan, motivasi, serta alat dan dana untuk merintis pertanian mereka. Program ini relevan dengan masyarakat Sikka yang sebagian besar adalah petani.

“Hasilnya sangat signifikan. Ratusan ton tomat telah dipanen dan mereka mendapat keuntungan ratusan juta. Sehingga mereka bisa membayar lahan sewaan, membeli lahan sendiri, membiaya pendidikan adik-adik, menabung serta modal usaha selanjutnya,” jelas Rafael.

Program ini tentu saja berdampak luas, tidak hanya untuk para pemuda dan keluarga mereka, tapi juga masyarakat sekitar dan menginspirasi orang muda lainnya.

Sementara itu, ChildFund International di Indonesia dan Sumba Integrated Development (SID) telah mendukung pukuhan ribu anak dan keluarga di Sumba Timur dan Sumba Barat Daya.

“Di antara banyak inisiatif yang kami implementasikan, program PAUD menjadi unggulan. Dari 2010 sampai dengan 2024, SID telah memfasilitasi pembentukan dan mendampingi 45 PAUD yang memberi manfaat kepada 25.591 anak di kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Daya. Kami juga mengimplementasikan program PAUD Ramah Anak yang telah direplikasi di 250 PAU oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumba Timur,” ujar Anto Killa sekalu Project Coordinator SID.

Masih berkaitan dengan pengembangan anak usia 0 – 5 tahun, SID juga mengembangkan kegiatan pengasuhan responsif dengan memfasilitasi 28 kelompok pengasuhan yang telah diakses oleh 7.276 orang tua.

“Capaian lainnya adalah program Pendidikan Kecakapan Hidup dan Literasi Keuangan (PKHLK) yang dintegrasikan di 25 SD dan 12 SMP serta komunitas anak yang diberi nama Rumah Kreatif Anak Sabana (RKAS). Sejak tahun 2010 hingga 2024, sebanyak 4.215 anak di kabupaten Sumba Timur dan Sumba Barat Daya telah mengakses kegiatan PKHLK. Selain itu SID juga telah memberikan pengembangan kapasitas tentang PKHLK, disiplin positif, STEAM (science, technology, art, enginering, match), dan Sekolah Ramah Anak bagi 502 tenaga pendidik dan fasilitator,” lanjut Anto.

Unit-unit kegiatan PKHLK mendorong anak-anak untuk berlatih menabung hingga salah satu sekolah membangun kerjasama dengan lembaga jasa keuangan untuk kegiatan menabung.

SID dan ChildFund International di Indonesia juga mulai memperkenalkan pendidikan digital kepada anak-anak di daerah pedesaan melalui kerja sama dengan lembaga Kejar Cita. Anak dibimbing untuk belajar melalui aplikasi online dengan metode pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami.

Husnul Ma’ad selaku Country Director ChildFund International di Indonesia menjelaskan bahwa upaya organisasinya berpusat pada menghubungkan anak-anak dengan komunitas, institusi, dan sumber daya untuk memastikan mereka tumbuh dengan sehat, terdidik, terampil, dan yang terpenting aman, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun di ranah daring.

“Keberhasilan ChildFund International di Indonesia ini tentunya tidak lepas dari hasil kerja keras seluruh mitra, komunitas, pemerintah, donor, sponsor, dan pemangku kepentingan yang selalu berkomitmen untuk terus mendukung langkah kami. Untuk itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang senantiasa telah berkontribusi dalam perjalanan ChildFund International selama 50 tahun di Indonesia. Kami berharap kedepannya dukungan ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak lainnya untuk ikut mewujudkan dunia di mana anak-anak bisa mendapatkan hak dan kesempatan untuk mencapai potensi maksimal mereka,” tutup Ma’ad. (*/rilis)

 

 

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *