Kupang – Skema Kelompok Usaha Bank (KUB) antara Bank NTT dengan Bank DKI sebagai solusi pemenuhan modal inti minimum Bank NTT sebesar Rp3 Triliun hampir rampung. Meski dipahami bahwa skema KUB ini dilakukan tidak lalu membuat bank kebanggaan masyarakat NTT itu lalu menjadi hilang karena skema dimaksud bukan marger atau penggabungan perusahaan serta bukan pula akuisisi.
“KUB Bank NTT dengan Bank DKI sedang berproses dan finalnya pada September 2024 dengan dilakukannya Shareholders Agreement (SHA), yakni perjanjian antar para pemegang saham untuk menetukan hak dan kewajiban pada Perseroan antara Bank NTT dengan Bank DKI. Septrember nanti hasil dari SHA sudah keluar dan dieksekusi,” sebut Plt. Direktur Utama Bank NTT, Yohanis Landu Praing kepada wartawan di lantai lima Gedung Bank NTT pusat, Senin (10/6/2024).
Kepada warga NTT terutama para nasabah Bank NTT, Landu Praing mengingatkan agar tidak perlu khawatir dan takut akan kehilangan Bank NTT. Pasalnya, mekanisme KUB berbeda dengan sistim merger atau penggabungan perusahan serta akuasisi. Bank NTT akan tetap menjadi bank milik masyarakat NTT.
“Ini bukan merger atau akusisi. Bank NTT akan tetap selamanya menjadi milik masyarakat NTT seperti saat ini, tidak berpindah kepemilikan ke Bank DKI,” tegasnya.
Dijelaskan, Bank NTT terus berproses melakukan upaya pemenuhan Modal Inti Minumum (MIM) dan salah satunya strategi adalah dengan pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB). Strategi KUB ini telah disampaikan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) sejak tahun buku 2023 yang telah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan serta Para Pemegang Saham.
“Langklah KUB ini kita lakukan untuk menindaklanjuti keputusan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) tahunan dan RUPS Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 8 Mei 2024 yang telah menyetujui rencana pembentukan Kelompok Usaha Bank (KUB) antara Bank DKI dengan Bank NTT. Bahkan, sejak awal tahun 2024 Bank NTT dan Bank DKI terus melakukan koordinasi untuk percepatan pembentukan KUB,” sebutnya.
Dijelaskan Landu Praing, pada tanggal 20-21 Mei telah dilakukan pertemuan konsinyering antara Bank DKI dengan Bank NTT dalam rangka pembentukan KUB.
“Berdasarkan timeline pada bulan Juni telah memasuki tahapan due diligence yang dimulai dengan dilakukannya kick off secara Zoom Meeting pada tanggal 6 Juni 2024 dihadiri oleh Bank DKI, Bank NTT dengan konsultan pendamping yang telah dipilih oleh Bank DKI untuk melakukan proses due diligence KUB yaitu PT. Kinarya Lima Capital sebagai Konsultan Financial Adivisor, Akuntan dan Pajak serta Umbra Lawfirm sebagai konsultan hukum.
“Proses due diligence merupakan tahapan terkait penilaian kelayakan Bank NTT untuk ber-KUB dengan Bank DKI, untuk selanjutnya hasil due diligence tersebut akan diajukan kepada Pemegang Saham Pengendali (PSP) Bank DKI, yang apabila disetujui selanjutnya akan dilakukan valuasi saham serta penyertaan modal,” jelasnya.
Seperti diketahui, berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 12/POJK.03/2020 tentang Konsolidasi Bank Umum yang mengatur bahwa kewajiban Bank Umum untuk pemenuhan modal inti minimum Rp 3 triliun paling lambat 31 Desember 2024 atau minimum memiliki Rp 1 triliun sepanjang BPD tersebut tergabung menjadi anggota dari Kelompok Usaha Bank (KUB). “Dimana apabila tidak terpenuhi maka BPD tersebut wajib menyesuaikan bentuk usahanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR),” ujarnya.
“Batas waktu kewajiban pemenuhan MIM dimaksud kurang lebih tersisa 6 bulan lagi, dengan demikian antara Bank DKI dan Bank NTT telah melakukan akselerasi proses pembentukan KUB melalui komunikasi dan koordinasi secara intens termasuk penyelarasan timeline. Berdasarkan time line pada bulan November 2024 diharapkan telah sampai pada tahap persetujuan Otoritas Jasa Keuangan,” jelasnya menambahkan.
Dikatakan Landu Praing, Bank DKI merupakan salah satu Bank BPD yang memiliki aset terbesar dan ditunjuk oleh Otoritas Jasa Keungan untuk dapat menjadi Induk KUB terhadap BPD lainnya yang belum memenuhi persyaratan Modal Inti Minumum (MIM).
“Pada posisi Desember 2023 Bank DKI telah memiliki total Aset Rp.83 Triliun dan Modal inti Rp. 10 triliun dengan komposisi Modal Disetor tercatat sebesar Rp.6,58 triliun. Bank DKI juga memiliki Tingkat Kesehatan Bank & Tata Kelola Perusahaan yang baik dan stabil. Hal ini menunjukan bahwa Bank DKI memiliki bisnis model serta tata kelola lebih baik yang dapat dibagikan kepada Bank NTT sebagai anggota KUB melalui sinergi dan kolaborasi selain penyertaan modal,” sebutnya.
Ia menambahkan, sinergi dan kolaborasi dapat dilakukan pada bidang Kredit, Jaringan dan Layanan, Bidang Manajemen Risiko dan Tatakelola, Bidang SDM, Bidang Teknologi Informasi dan Bidang Treasury yang perlu didahului dengan analisis cost and benefit. “Sinergi dan kolaborasi ini akan meningkatkan daya saing untuk perbaikan kinerja keuangan, tatakelola serta kualitas pelayanan kepada masyarakat NTT dan mendorong pembangunan daerah terutama pemberdayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM),” katanya.
Dikatakan Landu Praing, proses berKUB antara Bank DKI dan Bank NTT ini menjadi perhatian bersama Otoritas Jasa Keuangan dan Pemerintah Daerah sebagai Pemegang Saham.
“Dengan demikian secara berkala kami menyampaikan perkembangan setiap tahapan kepada Kepala Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Bapak Pj. Gubernur NTT selaku Pemegang Saham Pengendali,” ujar Landu Praing yang saat itu didampingi oleh Direktur Dana dan Treasury sekaligus Plt. Direktur Kredit Hilarius Minggu, Direktur Kepatuhan Khristofel Adoe dan Kadiv Corsec Yuan Taneo. (*)