Kupang–Krisis air bersih akibat kekeringan dialami warga Kelurahan Manutepen, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur sejak dua pekan terakhir.
Kekeringan membuat distribusi air lewat pipa milik perusahaan daerah air minum (PDAM) ke rumah penduduk terhenti.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, warga ramai-ramai mengambil air dari sambungan pipa PDAM yang bocor di sisi jalan raya, tak jauh dari permukiman. Seperti Nela Tefi, warga RT 15, RW 04, mengaku setiap hari ia mengantre mulai pukul 05.00 pagi.
Air yang bocor di pipa, dialirkan ke sebuah bak kecil sebelum dipindahkan ke jeriken untuk dibawa pulang. “Saya menunggu selama berjam-jam karena air yang keluar dari pipa sangat kecil,” katanya, Rabu (13/6) sore.
Untuk memperoleh air ukuran lima liter, butuh waktu sampai 10 menit. Padahal warga yang datang mengambil air, masing-masing membawa antara 10-15 jeriken.
Warga lainnya Debora Katoda mengatakan sejumlah warga di kelurahan tersebut mulai membeli air tengki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada juga warga yang patungan membeli air tengki seharga Rp100.000 per tengki ukuran 5.000 liter.
Menurut Debora, pada puncak kemarau seperti Oktober, harga air bersih biasanya melonjak hingga Rp120.000 per 5.000 liter. “Kalau air dari sambungan pipa ini tidak mengalir lagi, kami akan beli air tengki,” ujarnya. (sumber: mi)