KRI Dewaruci Angkut 37 Laskar Rempah, Sandar di Pelabuhan Tenau Kupang

  • Whatsapp
KRI Dewaruci Sandar di Pelabuhan Multipurpose Tenau Kupang/Foto: lintasntt.com

Kupang – KRI Dewaruci yang mengangkut 37 laskar rempah dari seluruh Indonesia, sandar di Pelabuhan Multipurpose Tenau Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (25/6/2022) pagi.

Kapal legenda berusia 70 tahun itu menyelesaikan pelayaran dari Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022, yaitu perjalanan budaya yang mengikusertakan generasi muda dari 34 provinsi sebagai laskar rempah.

Kapal berlayar dari Banda Neira, Maluku Tengah, Maluku tujuan Kupang. Di Kupang, para laskar rempah disambut oleh Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kota Kupang dan Lantamal VII Kupang dengan Natoni atau tuturan adat masyarakat Timor, serta tarian Ja’i asal Kabupaten Ngada yang dipentaskan siswa-siswi SMA Negeri 1 Kupang.

Muhibah Budaya Jalur Rempah bertujuan merekonstruksi kembali sejarah dan perkembangan rempah di wilayah nusantara, yang nantinya Indonesia menyusun kembali mozaik ke-Indonesiaan yang terbentuk ratusan tahun tersebut.

“Perjalanan rempah telah membentuk jalur perdagangan yang beragam lintasanya, menyambungkan satu pelabuhan dengan pelabuhan lain, menyebarkan komoditas dan kebudayaan dari satu daerah ke satu daerah lain hingga tercipta saling ketersambungan antarbangsa dan etnis, serta saling memerngaruhi dan mewarnai kebudayaan masing-masing,” kata Direktur Pelindungan Kebudayaan, Kemendikbudristek, Irini Dewi Wanti saat menyampaikan sambutan pada seremoni penyambutan laskar rempah.

Penelusuran jejak jalur rempah tersebut dimulai dari Surabaya sejak 1 Juni 2022 dan akan tiba kembali di Surabaya pada 2 Juli 2022 melalui perairan Sumbawa dan Bali. Kapal menyingahi pelabuhan kota-kota yang masih dijumpai perdagangan rempah yaitu Makassar, Bau-Bau, Ternate, Tidore, Banda Naira dan Kupang.

Plt Sekda NTT, Yohana Lisapaly mengatakan kepulauan Nusa Tenggara Timur bagian dari jalur rempah. Pedagang dari berbagai belahan dunia datang ke NTT untuk membeli kayu cendana.

“Sejak dahulu cendana dikelola sedemikan rupa sehingga menjadi bahan ramuan obat-obatan, acara ritual, dan bahan kremasi,” ujarnya.

Selain itu, para laskar rempah bisa menelusuri kembali jejak leluhur NTT yang dengan teknologi tradisionalnya mengelola kekayaan alam tersebut. “Muhibah Budaya merupakan sebuah platform untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya serta diplomasi budaya di dalam dan luar negeri, serta memaksimalkan pemanfaatan Cagar Budaya (CB) dan Warisan Budaya Takbenda (WBTb),” kata Dia.

Komandan Lantamal VII Kupang, Laksamana Pertama Heribertus Yudho Warsono menyampaikan apresiasi kepada seluruh laskar rempah yang singah di Kota Kupang. Seluruh laskar rempah diharapkan megnambil manfaat sebesar-besarnya dari pelayaran ini, serta menjadikan kegiatan ini sebagai momentum kebangkitan kembali jiwa bahari putra-putri Indonesia.

“Jalin solidaritas dengan segenap komponen pertahanan dan keamanan negara menuju sinergisitas dalam kemestaan,” ujarnya. (*/gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.