Labuan Bajo – Area Manager Communication, Relation and CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Ahad Rehali menyebutkan, konversi elpiji (Liquified petroleum gas) di Nusa Tenggara Timur (NTT) tinggal menunggu lampu hijau dari pemerintah.
Menurutnya, Pertamina telah menyiapkan tangki penampungan elpiji di Terminal Bahan Bakar Minak (BBM) Tenau Kupang sejak tujuh tahun lalu. Terminal ini memiliki kapasitas 2×500 metrik ton.
“Sarana prasarana itu termasuk PSN (proyek strategis nasional) sudah disiapkan sejak 2017,” ujarnya kepada wartawan peserta Media Gathering PT Pertamina di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Rabu (26/7/2023) malam.
Saat ini, gas elpiji di NTT dipasok oleh penyalur dari Surabaya, namun terbatas pada ukuran 12 kilogram seharga Rp250.000 per tabung, sedangkan tabung elpiji 3 kilogram belum tersedia di NTT.
Setelah adanya konversi minyak tanah ke elpiji, Pertamina akan menjual tabung elpiji ukuran 3 kilogram sehingga harganya dapat dijangkau oleh masyarakat yang berpendapatan rendah.
Terkait kelangkaan elpiji di sejumlah daerah, Rehali mengatakan, tidak ada kelangkaan elpiji di NTT. “Sebenarnya bukan terjadi kelangkaan elpiji, tetapi permintaan meningkat,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa meningkatnya permintaan LPG 3 kilogram itu sebenarnya sudah terjadi sejak Idul Adha lalu. Dan Untuk mengantisipasinya Pertamina sudah terus menggelar operasi pasar LPG, agar masyarakat bisa mendapatkannnya.
Dia juga mengimbau kepada masyarakat agar jika tidak mendapatkan LPG segera menghubungi nomor 135 untuk mencari tahu stok LPG di setiap pangkalan LPG.
Rehali juga berharap agar masyarakat yang mampu atau pelaku UMKM tidak lagi menggunakan LPG bersubsidi karena LPG bersubsidi hanya dikhususkan bagi masyarakat kurang mampu.(*/mi)