Kupang – Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto menyebutkan aspek budaya dan kemiskinan menjadi salah satu tantangan dalam penggunaan alat kontrasepsi moderen di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Selain itu, partisipasi laki-laki mengunakan alat kontrasepsi masih rendah seperti metode operasi pria (MOP). Bonivasius mengatakan itu kepada wartawan seusai mengunjungi keluarga Fanengki Ndaomanu, yang salah satu anaknya berisiko stunting di Kelurahan Oepoi, Kota Kupang, Kamis (4/4/2024). “Tantangan terberat kita sasaran pemakaian alat kontrasepsi hanya perempuan,” ujarnya.
Meski begitu, angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) di Kota Kupang dinilai sudah baik yakni sebesar 2,43. Anak ke-3 keluarga ini telah berusia 15 tahun, namun berat badannya hanya 7,4 kilogram. Bonivasius juga menyerahkan bantuan telur kepada keluarga tersebut.
Untuk anak yang berisiko stunting langsung ditangani oleh tim pendamping keluarga dari BKKBN yang terdiri dari kader KB, ibu PKK dan bidan. Ketiganya berperan dalam menurunkan angka kelahiran, mencegah dan mengobati stunting. Namun, lanjutnya, tantangan yang dihadapi tim ini masih pada budaya dan kemiskinan.
Untuk keluarga yang berisiko stunting dilihat dari tinggi dan berat badan, akan mendapat pendampingan selama enam bulan. “Harapannya, angka stunting di NTT terus menurun,” lanjutnya.
Menurut Dia, Penjabat Gubernur NTT Ayodhia Kalake juga sangat peduli terhadap penurunan stunting di daerah itu. Karena itu, tim BKKN bersama Dinas Kesehatan kolaborasi untuk menjaga dan mendampingi keluarga risiko stunting sampai desa-desa, termasuk di perkotaan. “Kita cari anak berisiko stunting kemudian kita dampingi mereka,” sebutnya.
Dari situ, Bonavaius bersama Tim BKKBN NTT berkunjung ke Puskesmas Oepoi untuk melihat dari dekat pelayanan alat kontrasepsi KB, serta memberikan edukasi kepada para ibu merencanakan menjaga jarak kelahirannya dengan pelayanan keluarga berencana.
“Dengan pelayanan KB tersebut, kita bisa merencanakan penduduk kita di NTT ini. Nah, pelayanan KB ini betul-betul gratis, tidak ada mereka diminta bayaran.Pelayanannya berbagai macam. kalau di rumah sakit atau puskesmas, kaitannya dengan pelayanan IUD dan implan,” kata Dia.
Di Puskesmas juga ada pelayanan KB suntik, namun BKKBN menyerankan mengunakan IUD dan implan tersebut. Adapun Metode Operasi Wanita (MOW) dan MOP hanya dilakukan di rumah sakit. (*/mi)