Atambua – Pemerintah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, mendeklarasikan pencapaian Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) pada hari ini (9/12/2022) di Lapangan Umum, Kota Atambua.
Per tahun 2022 sebanyak 81 desa telah dinyatakan Stop Buang Air Besar Sembarangan atau juga disebut ODF (open defecation free). Hal ini merupakan peningkatan yang signifikan dari hanya 7 desa yang dinyatakan ODF pada tahun 2018.
Bupati Kabupaten Belu, dr. Agustinus Taolin, Sp.PD-KGEH, FINASIM dalam sambutannya menyatakan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari upaya Pemerintah Kabupaten Belu dalam promosi perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) melalui Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sejak tahun 2018.
“Deklarasi hari ini merupakan awal kita membangun komitmen bersama seluruh masyarakat Belu dalam penerapkan PHBS, semoga deklarasi ini menjadi penyemangat dan motivasi untuk mencapai pilar 2 dan 3 di tahun 2023. Selamat buat Kabupaten Belu yang telah mencapai hal ini, semoga bisa berkelanjutan dan mencapai 5 pilar STBM,” ujar Agustinus.
Pencapaian 100% Stop BABS mengantarkan Kabupaten Belu memperoleh STBM Award 2022 dari Kementerian Kesehatan RI untuk kategori Percepatan ODF. Penghargaan STBM Award 2022 diterima oleh Bupati Belu di Hotel Discovery, Ancol Jakarta pada tanggal 23 November 2022
Rene Bere Baria., ST, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) Kabupaten Belu mengatakan yang paling sulit sudah dilewati dan berkomitmen menuju pencapaian Pilar 2 dan menjadi kabupaten STBM.
“Proses ini sangat panjang bersama dengan Plan Indonesia dan Pijar timur sejak 2018. Komitmen kami untuk tahun depan kami bisa deklarasi Pilar 2 dan akhirnya menjadi kabupaten STBM. Ini sejalan dengan komitmen Bupati Belu untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat Kabupaten Belu dan itu bisa dilakukan melalui salah satunya sanitasi. Yang paling sulit adalah deklarasi pilar 1, dan Puji Tuhan kita sudah melewati itu”, kata Rene.
Partisipasi Aktif Masyarakat
Yayasan Plan International Indonesia (Plan Indonesia) melalui program Women & Disability Inclusive And Nutrition Sensitive WASH Project (WINNER) bekerja sama dengan Yayasan Pijar Timur Indonesia (YPTI) telah berhasil mendorong gerakan STBM yang berkesetaraan gender dan inklusif (STBM GESI) dengan adanya Peraturan Bupati Belu Nomor 37 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang Berkesetaraan Gender dan Inklusi Sosial. Gerakan ini didukung dengan melibatkan organisasi penyandang disabilitas Kumpesa Rai Belu dalam kegiatan-kegiatan STBM.
Manajer Program Pencegahan Stunting Plan Indonesia, Semuel A. Niap menyatakan bahwa Plan Indonesia selalu mendorong partisipasi aktif masyarakat termasuk kelompok marjinal dalam pembangunan sanitasi dan hygiene di semua wilayah kerja Plan Indonesia. Plan Indonesia meyakini bahwa seluruh anggota masyarakat termasuk anak perempuan, kaum muda, organisasi perempuan dan penyandang disabilitas memiliki hak dan potensi untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi sehingga perlu terus didukung.
“Saya menyampaikan selamat dan apresiasi kepada Kabupaten Belu yang telah menunjukan komitmen yang besar dalam mendorong partisipasi aktif kelompok marjinal dalam pelaksanaan Pilar 1 STBM dan juga kegiatan Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) sehingga menjadikan Kabupaten Belu menuju kabupaten yang inklusif, ramah disabilitas, dan aman untuk anak dan perempuan,” tandas Semuel.
Program Women & Disability Inclusive And Nutrition Sensitive WASH (WINNER) telah berjalan selama lebih dari 4 tahun di Kota Mataram, Lombok Tengah, Kabupaten Malaka dan Belu dan telah banyak menghasilkan pembelajaran baik di masyarakat yang sangat penting untuk disosialisasikan untuk kepentingan keberlanjutan dan perluasan khususnya dalam partisipasi aktif masyarakat, terutama anak, perempuan, dan penyandang disabilitas.
Di Kabupaten Belu, Program WINNER secara aktif melibatkan lebih dari 500 perempuan, 600 laki-laki, termasuk didalamnya adalah 127 penyandang disabilitas dalam kegiatan STBM berupa monitoring STBM GESI bersama organisasi disabilitas, STBM yang sensitif gizi, MKM, hingga wirausaha sanitasi. Lebih dari 320.000 orang telah merasakan manfaat dari program ini, termasuk di antaranya ada 40.000 anak. (*)