Jasindo Utama Siap Bangun Listrik 100 Mw di Kupang

  • Whatsapp
Bupati Kupang Ayup Titu Eki
Bupati Kupang Ayup Titu Eki

Kupang–Lintasntt.com: Investor dalam negeri, PT Jasindo Utama dijadwalkan membangun pembangkit listrik berdaya 100 Megawatt (Mw) di wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur guna mendukung kelanjutan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian mangan (smelter) yang terhenti akibat krisis listrik.

Bupati Kupang Ayup Titu Eki mengatakan peletakan batu pertama pembangunan smelter dilakukan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa pada 11 Februari 2012, namun pembangunan smelter tidak dilanjutkan.

Ketika itu, untuk operasional smelter Jasindo listrik berkekuatan 40 Mw, namun kebutuhan listrik sebesar itu tidak dapat dipenuhi oleh PLN. Sampai September 2015, pemadaman listrik di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang masih berlangsung. Pemadaman bergilir ini dinilai sudah diluar batas kewajaran.

Dampak dari minimnya pasokan listrik membuat industri di dua wilayah ini tidak berkembang sama sekali. “Investor tidak mau menanamkan modalnya di sini (Kabupaten Kupang) jika listrik kita mati hidup setiap saat,” ujarnya kepada wartawan di Kupang, Minggu (6/9).

Karena krisis listrik tersebut, PT Jasindo Utama sempat ingin memindahkan pembangunan pabrik ke daerah lain. Namun, ia mengaku telah meyakinkan perusahaan tersebut tetap menanamkan modalnya dalam bentuk pembangunan smelter di Kupang. Hanya saja, Ayup berang gara-gara pemerintah tidak mampu menyediakan kebutuhan listrik bagi masyarakat, apalagi bagi investor.

Menurutnya, saat ini Jasindo bersedia membangun listrik berdaya 100 Mw, namun hanya memanfaatkan 40 Mw saja sehingga sisa daya 60 Mw dijual ke PLN untuk disalurkan ke masyarakat. “Kendalanya sampai saat ini PLN belum bersedia membeli sisa daya 60 Mw itu,” ujarnya. Ia minta PLN segera menentukan sikap untuk membeli sisa daya listrik tersebut sehingga pembangunan pembangkit segera dimulai.

Ayup mengancam akan mencabut seluruh izin usaha pertambangan mangan di wilayah Kabupaten Kupang jika pembangunan smelter tidak bisa dilanjutkan gara-gara PLN tidak menyediakan listrik. Menurutnya Dia, harga jual listrik per Kwh di Kupang lebih mahal jika dibanding harga jual listrik di Jawa, Bali dan Sumatera. Pasalnya di daerah ini, PLN masih menggunakan pembangkit listrik tenaga disel (PLTD), sedangkan di daerah ini menggunakan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

Sebuah PLTU memang telah dibangun di wilayah Desa Bolok, Kabupaten Kupang berkapasitas 2 x 16,5 Mw, namun sejauh ini pemadaman masih terjadi secara berkala. “Listrik untuk rumah tangga saja tidak cukup, bagaimana bisa untuk industri,” ujarnya. Ia mengatakan NTT akan tetap terus tertinggal dengan wilayah lainnya, jika tidak ada keseriusan dari pemerintah pusat untuk membangun sumber daya kelistrikan di daerah ini. (sumber: mediaindonesia/palceamalo)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.