Jakarta–Ima Matul, 36 tahun, asal Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Malang, Jawa Timur. Ima begitu percaya diri berpidato di panggung utama Stadion Wells Fargo di depan ribuan rakyat AS untuk mendukung capres Hillary Clinton.
Ia adalah mantan tenaga kerja Indonesia (TKI), korban perdagangan manusia. Namun berbalik menjadi aktivis yang memerangi kejahatan itu dan kini menjadi staf khusus presiden negara adi daya.
Dalam dua tahun terakhir, Ima Matul, yang memiliki nama asli Immamatul Maisaroh, bekerja di organisasi yang memerangi perbudakan dan perdagangan manusia yang berbasis di AS. Presiden AS Barack Obama menjadi pemimpin organisasi tersebut.
Karena aktivitasnya itu, Ima, begitu panggilannya, didapuk menjadi salah seorang pembicara dalam Konvensi Nasional Partai Demokrat, di Philadelphia, Pennsylvania, Selasa (26/7).
Ima tidak hanya bercerita tentang pengalamannya sebagai korban, tetapi juga memaparkan peran Hillary Clinton dalam memerangi perdagangan manusia. “Sebelum isu perdagangan manusia menarik perhatian kita, sebelum ada hukum yang mengidentifi kasi dan melindungi para korban, bahkan sebelum saya berhasil melarikan diri, Hillary Clinton telah berjuang mengakhiri perbudakan modern. Selama kariernya, Hillary terus berjuang,” ujar Ima.
Orangtua Ima, pasangan Turiyo dan Halimah, ketika ditemui di rumahnya, mengatakan terharu dan bangga dengan perjalanan hidup anaknya yang mengenyam pendidikan terakhir di Madrasah Tsanawiyah Miftahul Ulum. Petani sederhana itu pun mengaku tidak mengerti bagaimana perjuangan keras Ima hingga akhirnya ia bisa bekerja di Gedung Putih.
Turiyo mengenang, ia menikahkan Ima dengan anak temannya ketika berusia muda, saat masih menjadi siswa tahun pertama di SMA di Gondanglegi pada 1995. Namun, usia perkawinan putri sulungnya itu hanya satu tahun.
Pascaperceraian, Ima ingin bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hong Kong pada 1997. Namun, rencana itu batal karena Ima memilih ke AS, karena, di ‘Negeri Paman Sam’ itu, seseorang menjanjikan gaji US$150 sebulan sebagai asisten rumah tangga.
Namun, ternyata semuanya hanya impian. Ima menjadi korban perdagangan manusia.
Ia berhasil melarikan diri setelah terkungkung selama tiga tahun tanpa gaji dan menjadi sasaran kekerasan di Los Angeles. Ima lalu bergabung dengan organisasi Coalition to Abolish Slavery and Trafficking yang menjadi tempatnya bekerja saat ini. Turiyo memaparkan selama 20 tahun terakhir, Ima, yang telah menikah dengan pria Meksiko dan memiliki tiga anak, sudah tiga kali pulang kampung.
Ima juga sering menelepon ke rumah. “Taksih asring taken kabar, taken kesehatan (masih sering tanya kabar, tanya kesehatan) lewat telepon. Terkadang sebulan sekali,” ujar Turiyo. Jalan hidup seseorang kadang tidak menentu, dan itulah liku-liku hidup Ima Matul.(sumber: media indonesia)
Rote Ndao, - Rote, pulau terluar di bagian selatan Indonesia, ternyata menyimpan potensi besar dalam…
Kupang - Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kabupaten Kupang, SL, Kamis (17/5) siang terlihat…
Kupang - Seorang Warga Negara Bangladesh, pelaku penyelundupan manusia (people smuggling) warga asing dari Nusa…
Kupang - Fakta kontras soal bantuan untuk korban Badai Seroja diungkap salah seorang warga Kelurahan…
Kupang - DPRD Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah merekomendasikan ke Ditkrimsus Polda NTT…
Kupang - Sebanyak 9 pasangan calon perseorangan mendaftar di 7 pilkada di Nusa Tenggara Timur…