Ini Intervensi PTTEP dan Dompet Dhuafa untuk Turunkan Stunting di NTT

  • Whatsapp
Konferensi Pers Terkait Intervensi Terhadap Stunting di NTT/Foto: Lintasntt.com

Kupang – PTT Exploration and Production (PTTEP) Indonesia bersama Dompet Dhuafa menjalin kemitraan bersama tiga kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mempercepat pencegahan stunting di daerah tersebut.

Program ini berlangsung di 16 desa yang tersebar di Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan dan Timor Tengah Utara sejak 2020. Sampai 2022, program percepatan pencegahan stunting di tiga kabupaten itu memperlihatkan penurunan yang signifikan.

Read More

Antara lain meliputi pendampingan posyandu, pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil dan baduta, kunjungan rumah (home visit), dan edukasi masyarakat meliputi edukasi tablet tambah darah (TTD) ibu hamil, edukasi TTD remaja dan wanita subur, edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), serta edukasi pola asuh 1.000 HPK (hari pertama kehidupan).

“Sebelum program rata-rata cakupan posyandu di tiga kabupaten ini 40 persen, setelah program, ada perbaikan yang cukup optimis mencapai 95 persen,” kata Project Manager CSR Dompet Dhuafa, Ade Mulyawan dalam keterangan pers kepada sejumlah wartawan di Hotel Sotis Kupang, Sabtu (18/6/2022) malam.

Menurutnya, cakupan kunjungan posyandu yang semakin besar tersebut, mengambarkan kondisi sebenarnya ibu dan bayi atau sebaliknya, kehadiran ibu dan bayi yang tinggi di posyandu mengambarkan cakupan yang masih rendah.

Namun, Ade mengingatkan penurunan prevalensi stunting buka semata-mata dari kegiatan yang dilakukan lembaga donor seperti PTTEP dan Dompet Dhuafa, tetapi dari berbagai pihak terutama pemerintah daerah dan dunia usaha.

Sesuai laporan Dompet Dhuafa, salah satu intervensi yang dilakukan yakni pemberian makanan tambahan (PMT) untuk ibu hamil dan Baduta, mengalami perkembangan yang baik. Misalnya dari 4.161 ibu hamil yang menerima PMT, 81% mengalami kenaikan berat badan, hanya 18% yang tidak mengalami perubahan, dan 2% yang mengalami penurunan berat badan.

Untuk PMT bagi 4.504 Baduta, sebanyak 80% mengalami kanaikan berat badan, 11% tidak mengalami perubahan dan 9% mengalami penurunan berat badan.

Dompet Dhuafa juga membangun toilet untuk 75 keluarga, akses kepada toilet ini sebagai pilot project, serta membangun posyandu baru dan tujuh renovasi baru dan pengadaan alat antrhopometrik. “Bangunan 30% kita lanjutkan sampai 100 persen. Ada juga pengadaan dua sumur bor di Desa Silu, Kabupaten Kupang dan Desa Napan, Timor Tengah Utara. Ada bantuan sosial dan pangan untuk 1.600 keluarga,” ujarnya.

Sementara itu, Frans Tsau dari Dinas Pengendalian Penduduk dan KB Kabupaten Timor Tengah Utara menyebutkan prevalensinya stunting di daerah itu pada 2019 sebanyak 42,6%.

Setelah adanya intervesi program berbagai pihak, pada 2021 prevalensi stunting sudah turun menjadi 25,5%. “Dari penurunan itu, ada dampak positif dari program pencegahan stunting, bukan karena dompet Dhuafa teapi sumbangan dari semua sektor,” jelas Frans Tsau.

Menurutnya, pada 2019 stunting di daerah itu masih tinggi, salah satunya disebabkan penanganan stunting hanya dilakukan oleh dinas kesehatan, tetapi saat ini penanganan stunting dilakukan oleh beberapa organisasi perangkat daerah, seperti Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Adapun di Kabupaten Timor Tengah Selatan, prevalensi stunting pada 2019 sebesar 48,1%, pada Februari 2022 turun menjadi 29,18%. (gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.