Kupang–Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan penetapan pasangan calon gubernur NTT 2018 Marianus Sae-Emilia Nomleni sudah melalui pertimbangan matang.
Hasto mengatakan itu terkait informasi mundurnya anggota PDIP di NTT pasca pengumuman pasangan calon (paslon) gubernur tersebut.
Menurutnya, bergabung atau keluar partai merupakan sikap yang dijamin konstitusi partai. PDIP menghormati perbedaan dan juga menghormati sikap kesatria.
“Ketika seseorang menjadi anggota partai, diawali dengan mengajukan surat permohonan sebagai anggota dan ketika yang bersangkutan mundur hanya gara-gara urusan pencalonan, maka sikap tersebut dapat diterima,” kata Hasto lewat siaran pers yang diterima lintasntt.com, Selasa (19/12/2017) malam.
Hal itu menurut Dia, lebih kesatria dibandingkan harus dipecat karena pelanggaran disiplin partai. Penetapan paslon NTT telah melalui mekanisme kelembagaan baik melalui survei, pemetaan internal, maupun pertimbangan strategis kepartaian
Hasto juga menegaskan, berpartai itu menyatukan diri dengan kepentingan ideologis partai guna membumikan Pancasila dalam seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kepentingan individu menjadi relatif ketika masuk ke Partai. Khusus untuk NTT sebelum penetapan paslon, Bapak Djarot Syaiful Hidayat sempat ditugaskan ke NTT bertemu para tokoh dan menampung aspirasi masyarakat. Saudara Marianus Sae dinilai berprestasi, mampu membawa perubahan di Kabupaten Ngada, dan didampingi oleh Ir. Emmilia Julia Nomleni, kader perempuan senior partai,” ujarnya.
Selain itu, dalam catatan DPP Partai, sebagai Bupati Ngada dua periode, Ngada merupakan kabupaten pertama yang keluar dari ketertinggalan dalam waktu 3 tahun dengan empat prioritas utama yang dilakukan di Ngada yaitu infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. “Prestasi ini tentu diapresiasi oleh DPP Partai”,” kata Hasto.
Karena itu, menurut Dia, Keputusan DPP Partai bersifat final. Pada akhir Januari 2018, saudara Marianus dan Emilia akan mengikuti Sekolah Para Calon Kepala Daerah. (*/gma)