“Jangan jual negara hanya karena kebutuhan perut. Jadikanlah LSM lokal sebagai mitra kerja’.
Kupang–Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Frans Lebu Raya minta pekerja lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang beroperasi di daerah itu bekerja secara jujur untuk mensejahterakan rakyat.
“Saya minta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sungguh-sungguh berjuang untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat,” katanya saat menerima tim Dirjen Pembangunan Daerah (Bangda) Kementerian Dalam Negeri (Kemedagri), Tim Perdayaan Ekonomi Care Internasional Indonesia di Kupang, Selasa (7/3/2017).
Untuk mensejahterakan rakyat, LSM perlu mengalokasikan anggaran pemberdayaan yang cukup atau lebih besar dari anggaran operasional dan administrasi. “Aparatur Pemerintahan yang menjadi mitra LSM tidak perlu diberi insentif dan honor demi kepentingan kelompok penerima,” ujarnya.
Frans Lebu Raya yang pernah bergelut di LSM selama sembilan tahun sejak 1991 itu mengatakan, LSM perlu membangun sinergisitas dengan program-program pemberdayaan yang telah dicanangkan pemerintah daerah seperti Program Desa Mandiri Anggur Merah. “Berdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang sudah ada agar kesejahteraan masyarakat lebih cepat terealisasi,” katanya.
Lebu Raya juga menegaskan LSM asing yang beroperasi di daerah ini mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia.
“Jangan jual negara hanya karena kebutuhan perut. Jadikanlah LSM lokal sebagai mitra kerja. Berdayakanlah mereka karena tidak mungkin Care Internasional bekerja selamanya di sini. LSM Lokal bisa melanjutkan program pemberdayaan ketika kontrak kerja berakhir,”
Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah III Dirjen Bangda Kementerian Dalam Negeri, Eduardus Sigalingin dalam paparannya menguraikan tujuan kedatangan Tim Bangda.
“Sebagai Dirjen yang menangani kerjasama dengan LSM Asing, Tim Bangda datang untuk melakukan monitoring dan evaluasi (monev) kegiatan Care Internasional di NTT. Kita ingin melihat langsung dampak dan manfaat program yang telah dijalankan oleh lembaga asing ini terutama dalam bidang peternakan dan pertanian masyarakat. Kegiatan ini dilakukan secara berkala sebagai satu bentuk pengawasan,” kata Eduardus.
Sementara itu, Program Support and Finance Director CARE International Indonesia, Hadi Sutjipto dalam laporannya menyatakan, Care International Indonesia telah hadir di NTT sejak tahun 1992. Sebagai LSM Internasional, Care telah hadir di 92 negara.
“Care Indonesia masih berada di bawah bendera Care Kanada. Kita sedang memperjuangkan agar bisa berdiri sendiri. Harus kami akui, Program Care selama ini ibarat setetes air di laut. Belumlah membawa dampak dan manfaat besar bagi masyarakat,” kata Hadi.
Unsur Tim Bangda yang hadir pada pertemuan itu Nelson Simanjuntak, Kepala Pusat Fasilitasi Kerja Sama Sekretariat Jenderal Kemendagri, Ucup Hidayat, dan Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Koperasi, UKM dan Penanaman Modal Dirjen Bina Bangda Kemendagri Raisa Muthmaina.
Hadir pula Perwakilan dari Kementeria Luar Negeri, Profidol Andre Mantiri Dotulung, Perwakilan dari Badan Intelejen Strategis (BAIS), Neta Wake, Procect Manager Care NTT, Karo Humas NTT, Kadis Pertanian Kota Kupang. (gma/humas Pemprov NTT)