Gerson Poyk Ingin Pulang Kampung Menanam Jagung

  • Whatsapp
Mendiang Gerson Poyk

Kupang–Kepergian Sastrawan Gerson Poyk, 86, yang menghadap Sang Pencipta, Jumat (24/2), menyebabkan duka mendalam bagi sastrawan di Tanah Air.

Di Kupang, puluhan sastrawan berbaur bersama keluarga menjemput jenasah Gerson Poyk yang tiba dengan pesawat Batik Air di Bendara El Tari, Minggu (26/2). Mereka juga turut mengantar jenasah sampai rumah duka Kelurahan Kayu Putih, Kota Kupang.

Banyak karyanya mengambarkan tentang absurditas kehidupan, seperti novel filsafat ‘Terorisno Pesies’ yang belum sempat diterbitkan. ‘Saya sedang mengedit novel ini. Ketika saya membacanya seperti belajar ulang lagi,” kata Fanny J Poyk, anak pertama Gerson Poyk yang mengikuti jejak ayahnya sebagai sastrawan.

Terorisno Pesies membahas mengenai filsafat mulai dari filsafat Eropa sampai filsafat Timor Tengah. Ia juga mengulas alasan orang-orang nekat menjadi teroris, perbedaan antaragama, pemakaian jilbab, dan sosok Umar bin Khattab. “Tulisannya lengkap dengan catatan kaki seperti menulis tesis,” katanya

Satu karya lagi yang belum sempat ia rampungkan sebelum sakit pekan lalu, akan disimpan bersama tulisan lainnya yang belum diedit. Ada juga 34 cerita pendek (cerpen) yang sudah selesai edit dan siap diterbitkan.

Menurut Fanny, tulisan-tulisan Gerson juga akan kita simpan sebagai arsip. “Mungkin suatu saat, kalau ada museum disimpan di sana sebagai karya yang terakhir,” kata Fanny.

Bagi Fanny, selain sastrawan, ayahnya juga pendidik yang baik serta berjiwa sosial tinggi, seperti ketika mendidik seorang pemuda asal Padang, Sumatera Barat hingga berhasil menjadi pemimpin redaksi surat kabar.

Kendati berusia lanjut, semangat ayah lima anak ini untuk menulis tetap tinggi. Dia didiagnosa dokter menderita jantung dan pembengkakan paru sejak empat tahun lalu, namun masih tetap menulis dan menjadi pembicara di diskusi sastra.

Fanny mengatakan ayahnya sering masuk keluar rumah sakit akibat sakit yang dideritanya. “Biasanya setelah diinfus di rumah sakit satu sampai dua hari langsung pulang rumah karena mengaku sudah sehat,” kata Fanny.

Terakhir, satu pekan setelah kembali dari mnejadi pembicara di diskusi sastra, ia kembali jatuh sakit sehingga harus diopname hingga berpulang.

Direktur LPU Radio Republik Indonesia (RRI) Richard Poyk mengatakan kakaknya sering berdiskusi mengenai kearifan lokal masyarakat Nusa Tenggara Timur. Ia pernah menulis tentang kearifan lokal Lembah Lingko di Manggarai. Dia juga cerita tentang sepiring nasi itu sama besar seperti pulau. Itu mengandung arti tanah, yang dapat kita manfaatkan untuk bercocok tanam memenuhi kebutuhan manusia. Untuk itu, di masa tuanya, Gerson yang lahir di Pulau Rote pada 16 Juni 1931 selalu ingin pulang kampung untuk bercocok tanam.

Gerson selalu menyampaikan keinginannya itu kepada anak-anaknya seperti ingin menanam jagung dan sayuran.”Cita-citanya ingin balik ke kampung halaman bekerja di ladang seperti ketika Dia masih muda dulu,” kata Fanny. Gerson Poyk akan dimakamkan di TPU Fatukoa pada 28 Februari 2017. Selamat Jalan Sastrawan. (mi/gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.