Jakarta–Pasangan calon gubernur NTT Esthon Foenay-Christian Rotok (Esthon-Christ) menyoroti pendidikan berbasis karakter sebagai salah satu strategi meningkatkan sumber daya manusia (SDM).
Hal itu disampaikan Esthon saat debat di terbuka cagub-cawagub NTT ketiga atau terakhir di Jakarta, Sabtu (23/6) malam.
Menurut Esthon, orang tua harus menjadi guru di rumah, dan sebaliknya di sekolah, guru harus menjadi orang tua. “Itu adalah pendidikan berbasis karakter,” kata Esthon.
Karena itu, jika terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur, pasangan ini akan memberikan perhatian serius kepada pendidikan non formal dan informal. Pasangan ini juga akan meningkatkan kapasitas, kesejahteraan dan melakukan sertifikasi guru.
Sementara itu calon wakil gubernur Emilia Nomleni dari pasangan MS-Emi menyoroti output pendidikan dasar.
Menurut Emi, pendidikan menengah yang ditangani pemerintah provinsi saat ini terkait dengan masalah kualitas, daya tampung dan kesesuaian lulusan. Di sisi lain, dengan keterbatasan APBD NTT, jika terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur, pasangan ini akan menumbuhkan dengan serius pendidikan dasar yang ditangani pemerintah kota dan kabupaten.
“Karena output pendidikan menengah kita adalah output dari pendidikan dasar,” ujarnya.
Menurut Emi, pembentukan karakter di pendidikan dasar akan dilakukan bersama pemerintah kabupaten dan kota.
Dia juga menekankan soal peningkatan kapasitas guru termasuk kepala sekolah, peningkatan kesejahteraan guru dan pengembangan model pembelajaran yang efektif untuk menyiapkan lulusan SMA dan SMK langsung terjun ke lapangan kerja.
Menurut Emi, pendidikan non formal akan diberikan kepada perempuan jika dia tidak mendapatkan kesempatan pada pendidikan formal. Tentunya untuk menguatkan perempuan melakukan apa yang menjadi kekayaan pada dirinya dan lingkungan. (gma)