Di Rote, Tol Laut Kalah dari Tengkulak

  • Whatsapp
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi Mengunjungi Pelabuhan Ba'a, Rote, Minggu (10/9). Foto: Kemenhub

Rote–Upaya pemerintah mengendalikan harga masih kerap mendapat tantangan. Pengusaha yang menjadi tengkulak atau spekulan ingin ikut bermain di sana. Mereka mengatur stok barang yang datang, sehingga harga belum turun sesuai harapan.

Begitu kira-kira kondisi penerapan tol laut di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Program tersebut sudah dijalankan Kementerian Perhubungan dengan mengadakan kapal untuk pendistribusian barang. Tetapi sayang program itu terhambat oleh stok barang yang tidak memadai bagi daerah Rote.

Read More

Seorang pengusaha ternak di Rote bercerita dirinya sulit untuk mendapatkan stok pakan ternak dengan leluasa. Permintaan pakan ternak dari Surabaya lewat tol laut sudah diatur oleh tengkulak besar yang menguasai perdagangan di Rote dan daerah sekitarnya.

“Saya minta lima kontainer pakan ternak untuk dibagi ke sini (Rote), tapi cuma dikasih tiga kontainer. Yang dapat banyak malah (Pulau) Sabu sampai 15 kontainer,” keluh pengusaha tersebut.

Ia mengungkapkan tengkulak tersebut sudah bermain hingga ke jajaran pemerintah daerah setempat. Pemda malah menyuruh pedagang yang ingin mendapatkan bagian dari stok tol laut untuk meminta izin ke sang tengkulak.

“Saya heran mengapa minta stok ke dinas perdagangan malah disuruh ke dia. Padahal, dia bukan siapa-siapa di situ. Dia pengusaha saja,” cetusnya.

Bukan hanya pakan ternak, bahan pangan pun diatur pasokannya ke Rote. Para tengkulak yang menguasai perdagangan beras, gula, dan bahan pangan lainnya sengaja menahan stok dari tol laut agar tidak sampai ke pelosok Rote Ndao.

“Hampir semua pangan di sini ada yang mengendalikan. Bulog sudah masuk lewat Rumah Pangan Kita, tapi baru gula, beras, dan minyak goreng. Tengkulak itu pintar. Begitu tahu akan ada pasokan gula Bulog ke sini, mereka langsung menggelontorkan barang mereka duluan sehingga punya Bulog di gudang saja,” papar salah satu pihak Pelindo III yang mengurus Rumah Kita di Rote.

Sementara itu, Pemilik toko Tujuh Jaya Bangunan, Henri, mengatakan mayoritas kebutuhan pangan memang dipasok dari agen Kupang. Pasalnya, tol laut baru datang ke Rote tiap sekali dalam sebulan. Sedangkan stok dari Kupang bisa diperoleh tiap minggu.

Tujuh Jaya Bangunan merupakan salah satu Rumah Kita atau toko yang digunakan sebagai sentra logistik tol laut. Sentra logistik di Rote dibentuk oleh PT Pelindo III, PT Pelni, dan Perum Bulog. Toko tersebut kebanyakan menampung semen, cat, triplek, dan bahan bangunan lainnya, serta pakan ternak. Namun, untuk pangan dipasok dari Kupang.

“Kalau hanya dari tol laut belum bisa memenuhi kebutuhan. Mungkin karena tol laut kan tidak hanya berhenti di Rote saja,” tukasnya.

Meski demikian, Henri menyebut berbelanja dari tol laut lebih murah 10% dari sebelum adanya program itu. Ia pun berharap potongan harga itu bisa lebih dipangkas agar masyarakat Rote bisa merasakan kebutuhan dengan harga murah.

Cerita dari Rote itu peringatan bagi pemerintah agar terus mengawasi penerapan tol laut. Program yang diusung oleh Presiden Joko Widodo itu harus didukung hingga ke tatanan daerah agar masyarakat daerah terpencil dan terluar bisa merasakan harga barang yang sama dengan di Pulau Jawa. Tidak seperti sekarang, harga ditentukan para tengkulak. (sumber: media indonesia)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *