Desain Pariwisata NTT masih Parsial

  • Whatsapp
Pantai Nemberala di Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur. Model: Donna Permata Rissi/Foto: Dok. Palce Amalo

Kupang–Guru besar Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga Daniel D Kameo mengatakan pembangunan pariwisata di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih dilakukan secara parsial.

Kendati sejumlah acara berskala nasional yang pernah digelar di NTT seperti Sail Komodo, Tour de Flores, Tour de Timor dan Parade Kuda Sandelwood berjalan sukses, pelaksanaannya dikerjakan secara sepotong-sepotong, tidak profesional, dan tidak terintegrasi.

Read More

“Kita tidak punya desain (pariwisata) sehingga setelah kegiatan berakhir langsung bubar. Kami melihat ini sebagai kebijakan yang tanggung,” kata Daniel Kameo kepada wartawan di sela-sela acara focus group discussion (FGD) Riset Pariwisata NTT 2017 di Kupang, Jumat (16/9).

Daniel bersama sejumlah akademisi melakukan penelitian secara komprehensif tentang pariwisata NTT yang akan dimanfaatkan pemerintah daerah untuk mendesain model pariwisata berkelanjutan berbasis komunitas dan budaya.

Hasil penelitian menyebutkan beragam potensi wisata, bahkan lebih banyak daripada potensi pariwisata Bali.

Seperti dari aspek budaya, NTT memiliki beragam budaya, bahasa dan adat istiadat, lebih banyak daripada daerah lain.

“Nyatanya kekayaan ini belum dimanfaatkan,” kata dia.

Dia menyebutkan pada Sail Komodo 2013 di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, pemerintah daerah menyiapkan lokasi kuliner, tetapi tidak menyiapkan sanitasi, tempat parkir, dan jalan di lokasi tersebut berdebu.

Tidak itu saja, masyarakat juga belum sepenuhnya sadar wisata, belum ada pengelolaan sampah, dan infrastruktur jalan menuju objek wisata tidak memadai.

Dia menyebutkan pengelolaan pariwisata secara profesional ditemukan hanya yang dikelola individu antara lain Resor Nihiwatu di Kabupaten Sumba Barat milik investor asing atau resor lainnya di Labuan Bajo dan Nemberala di Pulau Rote.

Sementara itu, Ketua Fraksi NasDem DPR Viktor Laiskodat mengatakan pengelolaan pariwisata tidak boleh diserahkan seutuhnya kepada dinas pariwisata, seperti pembangunan jalan menuju lokasi wisata dikerjakan dinas pekerjaan umum.

Dia juga minta pemimpin NTT memiliki perilaku pariwisata karena pariwisata selalu berhubungan dengan pariwisata. (gma/sumber: mi/palce)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.