Categories: Travel

Cerita Warga yang Hidup Berdampingan bersama Komodo

Labuan Bajo–Pulau Komodo di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) tak hanya jadi habitat komodo.

Di pulau itu juga terdapat kampung yang dihuni sekitar 1.700 orang. Mereka bisa hidup aman bersama Si Naga Purba. Intinya, jangan ganggu Komodo.

Baru-baru ini heboh turis Singapura digigit komodo di Kampung Komodo, Pulau Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT. Turis ini saat itu berjalan-jalan sendiri tanpa ditemani ranger hingga akhirnya digigit saat memotret komodo.

Kampung Komodo ini letaknya lumayan jauh dari Loh Liang, area wisata yang kerap dikunjungi turis, tapi memang turis juga boleh berkunjung ke sana. Penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, pemandu wisata dan pemahat patung untuk suvenir.

Selama bertahun-tahun penduduk Kampung Komodo hidup berdampingan dengan naga purba itu. Mereka membangun rumah panggung agar komodo tidak naik dan masuk ke dalam rumah. Seperti apa rasanya tinggal di sana?

“Biasa sih, berdampingan sih hidupnya. Orangtua dulu kan cerita, jadi Komodo sama manusia dulu saudara katanya,” tutur pria yang akrab disapa Ian ini seperti dikutip detikcom. Jumat (5/5/2017).

Warga setempat hidup damai dengan komodo. Jika tidak diganggu, komodo tidak akan menyerang. Mereka juga menjaga kelestarian komodo, tidak berburu komodo untuk dimakan. Malah kadang warga membiarkan ikan hasil tangkapannya dimakan sang naga purba.

“Biasanya dulu kan kita gini, laut kan, ada hasil ikan kita jemur di depan rumah, di belakang rumah. Kadang komodo itu datang makan, terus kita lemparin (batu) menyingkir,” kata Ian.

Saat ada sisa-sisa ikan yang tak bisa dikonsumsi, warga terkadang membuangnya ke hutan. Ikan-ikan tersebut biasanya juga akan dimakan oleh komodo.

Kalau misalkan ada ikan yang nggak kepake, yang sudah busuk kita buang ke hutan. Jadi mereka makan yang nggak kepake itu. Kalau mereka dateng palingan kita melipir ke gunung, gitu aja,” jelasnya.

Ian mengatakan dahulu kambingnya pernah diserang komodo hingga mati. Dia pun merelakannya dan tetap tidak balas memburu komodo itu. “Yang tidak terlupakan dulu dia pernah makan kambing saya sampai mati. Kambingnya mati, induknya luka,” ucapnya.

Dalam sehari-hari juga para warga tidak membawa tongkat bercabang untuk menghalau komodo seperti milik ranger. Jika ada komodo mulai mendekat atau dirasa membahayakan biasanya dilempar batu dan hewan itu akan pergi.

“Kalau di kampung jarang pakai tongkat. Paling lempar batu (komodo) lari. Yang pegang kayu biasanya di tempat kunjungan itu,” kata Ian. (sumber: detikcom)

Komentar ANDA?

Canra Liza

Recent Posts

Fakta Seroja, Rumah Terdata Rusak Berat di Oebelo dan Kuanheum Tidak Terima Bantuan

Kupang - DPRD Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) telah merekomendasikan ke Ditkrimsus Polda NTT…

21 hours ago

Sembilan Pasangan Calon Perseorangan Mendaftar di 7 Pilkada di NTT

Kupang - Sebanyak 9 pasangan calon perseorangan mendaftar di 7  pilkada di Nusa Tenggara Timur…

22 hours ago

Masyarakat Cium Indikasi “Permainan” Dalam Penetapan Harga Rumput Laut, Sudah Dilaporkan ke Polda NTT

Kupang - Masyarakat penerima dana kompensasi Montara mencium ada perrmainan di balik penetapan harga rumput…

1 day ago

Undana Butuh Kehadiran Caleg Terpilih PSI Untuk Pengecekan Ijazah

Kupang - Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), bagian akademik membutuhkan kehadiran…

1 day ago

Jadwal Kapal Fery di Kupang 15 Mei 2024, Kupang Rote Jam 09.00 Pagi

Kupang - Masyarakat Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur yang akan bepergian dengan…

2 days ago

Kasus Dana Seroja, Bertus Seran: Bupati-Wakil Bupati Bertanggungjawab

Kupang - Ketua DPRD Kabupaten Kupang, NTT, Daniel Taimenas mengatakan temuan indikasi adanya peyelewengan keuangan…

2 days ago