Cakupan Imunisasi MR di NTT Mencapai 69,1%

  • Whatsapp
Imunisasi Measles-Rubella (MR)/Foto: Lintas

Kupang–Cakupan imunisasi Measles Rubella (MR) di Nusa Tenggara Timur (NTT) sampai Selasa (11/9) mencapai 69,1% atau 1.204.700 anak dari target 1.743.359 anak.

Sesuai Jurnal Imunisasi MR, Minggu kedua September yang terima lintasntt.com,  disebutkan cakupan itu jauh di atas rata-rata nasional sebesar 43,18%. “Masih 25,9 persen menuju target 95 persen sampai akhir September.

Read More

Hasil itu menempatkan NTT pada posisi tiga besar cakupan imunisasi MR. Cakupan imunisasi MR terbanyak adalah Papua Barat sebesar 84,2% dan kedua Bali sebesar 74,29%. Sedangkan cakupan terendah adalah Aceh sebesar 6,88%.

Masih ada gap hasil capaian imunisasi MR di daerah itu, namun petugas kesehatan terus bekerja keras dan berhasil memperkecil gap tersebut.

Hal itu ditandai dengan cakupan imuniasi yang terus meningkat dari hari ke hari. Dinas Kesehatan juga masih membutuhkan dukungan dari Majelis Ulama Indoensia (MUI) NTT dan tokoh-tokoh agama untuk mendorong orang tua membawa anak mereka supaya diberi vaksin MR. ‘Vaksin MR aman dan kondisi campak dan rubela di Indonesia yang sangat tinggi, butuh perlindungan segera’.

Di dalam jurnal tersebut disebutkan dari 22 kabupaten dan kota di NTT, cakupan terbesar di Timor Tengah Selatan sebanyak 115.845 anak, Sumba Barat Daya 88.384 anak, dan Manggarai 82.009 anak.

Sementara itu seusai data Kementerian Kesehatan, Indonesia termasuk 10 besar dengan jumlah kasus campak terbanyak di dunia. Penyakit ini ditularkan melalui udara lewat saluran nafas. Penyakit campak menyebabkan komplikasi antara lain radang paru (pneumonia), radang otak (ensefalitis), kebutaan, diare dan gizi buruk.

Sedangkan infeksi rubela pada ibu hamil menyebabkan bayi lahir dengan kondisi kelainan jantung, katarak kongenital, tuli, keterlambatan perkembangan, dan kerusakan jaringan otak. Saat ini imunisasi MR menjadi satu-satunya jalan untuk mencegah dua penyakit tersebut.

Satu anak yang menderita congenital rubella syndorome (CRS) bisa menghabiskan minimal Rp300-Rp400 juta hanya untuk implan alat bantu pendengaran dan operasi katarak. Biaya ini belum termasuk biaya lain yang dikeluarkan seumur hidup karena kondisi disabilitas yang dialami anak. (mi)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.