Bertemu Donald Trump, Apa yang Dilanggar Setya Novanto Cs?

  • Whatsapp
 Donald Trump dan Setya Novanto/Foto: Rappler.com
Donald Trump dan Setya Novanto/Foto: Rappler.com

Jakarta – Kehadiran Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Setya Novanto dalam acara kampanye Donald Trump di New York, Amerika Serikat, menuai kritik. Deklarasi pengambilan sumpah kesetiaan kandidat Presiden Amerika Serikat dari kubu Partai Republik itu berlangsung di Trump Tower, Kamis, 3 September, waktu setempat.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menyayangkan Setya dan delegasi DPR datang ke acara Trump. “Beliau datang ke sana diperkenalkan sebagai Ketua DPR. Itu seolah-olah ada intervensi ke negara lain terkait dengan politik dalam negerinya,” kata dia saat dihubungi, Jumat, 4 September 2015.

Dalam tayangan yang dimuat di laman Youtube.com, Trump terlihat kembali ke podium bersama Setya sesaat setelah berpidato. Sejurus kemudian Trump memperkenalkan Setya kepada para juru warta. “Pria ini ketua parlemen Indonesia, datang ke sini untuk bertemu saya. Setya Novanto, salah satu orang paling berpengaruh dan sosok yang besar,” kata Trump kepada ratusan pendukungnya.

Setya tak datang sendiri ke acara Trump. Politikus Partai Golkar itu ditemani Wakil Ketua DPR Fadli Zon, Kepala Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) Nurhayati Ali Assegaf, Wakil Ketua Komisi Pertahanan Tantowi Yahya, Ketua Komisi Hukum Azis Syamsudin, Anggota BKSAP Yuliari Batubara, serta Utusan Khusus Presiden bidang Kemaritiman Eddy Pratomo.

Kepala Bagian Tata Usaha Ketua DPR Hani Tahapari mengakui pertemuan delegasi DPR dengan Trump tak termasuk ke dalam kunjungan resmi kenegaraan. Agenda resmi Setya justru saat menjadi pembicara dalam acara forum ketua parlemen sedunia yang dihajat International Parliamentary Union itu pada 31 Agustus hingga 2 September. Setya dan rombongan lantas merencanakan kunjungan persahabatan ke Washington DC untuk bertemu parlemen AS.

Hikmahanto menganggap tindakan Setya melampaui kewenangan dan protokolernya sebagai Ketua DPR. Terlebih penduduk Indonesia belum tentu mengetahui Donald Trump, apalagi menyukainya. Menurut dia, Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) harus menelisik motif kehadiran dan jawaban Setya. “Diperiksa saja, kalau nanti dinyatakan tidak melanggar, tidak apa-apa,” kata dia.

Wakil Ketua Mahkamah Kehormatan Dewan Sufmi Dasco Ahmad mengaku tak mengetahui apakah tindakan Setya melanggar etika. Namun Mahkamah mempertimbangkan untuk mengklarifikasi. “(Peristiwa) yang menonjol begini pastinya kami bicarakan di rapat pimpinan MKD,” ujar dia.

Sementara itu, Fadli membantah pertemuan dengan Trump sebagai dukungan atas pencalonannya sebagai presiden. “Kami hanya ngobrol santai sambil makan siang. Lalu diajak melihat konferensi persnya di lobi bawah,” ujar dia melalui pesan pendek, kemarin. (tempo.co)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.