Bank NTT Siapkan Pinjaman Triliunan Rupiah untuk Infrastruktur

  • Whatsapp
Jumpa Pers Bank NTT/Foto: Lintasntt.com

Kupang–PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Nusa Tenggara Timur (NTT) menyiapkan pinjaman daerah antara Rp5 triliun hingga Rp6 triliun untuk program pembangunan infrastruktur di daerah itu pada tahun anggaran 2020.

Terutama jalan provinsi sepanjang 2.650 kilometer yang sesuai rencana gubernur, selesai dibangun dalam tiga tahun. Batas akhir pengembalian pinjaman selama 4 tahun atau sesuai masa jabatan kepala daerah.

“Untuk pemerintah provinsi, kita siapkan pinjaman daerah sebesar Rp1 triliun, sedangkan setiap kabupaten dan kota disiapkan pinjaman sebesar Rp200 miliar,’ kata Direktur Utama Bank NTT Izhak Eduard Rihi di Kupang, Rabu (6/11).

Izhak menyebutkan pihaknya mengajukan permintaan jaminan kepada pemerintah pusat sebelum mengucurkan pinjaman. Sampai saat ini Pemerintah Kabupaten Lembata dan Pemprov NTT mulai berproses untuk mengajukan pinjaman.

“Kami sudah bersurat kepada untuk sanggupi pinjaman dan minta pemerintah daerah dan DPRD untuk garansi. Jika berhasil, otomatis dana dari siapapun akan datang ke NTT karena dijamin oleh negara,” katanya.

Menurutnya, transformasi Bank NTT sesuai visi dan misi gubernur dan wakil gubernur NTT. Bahkan Bank NTT mulai mengidentifikasi seluruh potensi daerah di kabupaten dan kota, yang selanjutnya dibantu agar berkembang dengan baik.

Kepala Biro Humas Setda NTT Marius Jelamu mengatakan kebijakan menyiapkan pinjaman bagi pembangunan infrastruktur tersebut bagian dari sinergi pemerintah daerah dan Bank NTT. “Sinergi ini akan memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan masyarakat NTT,”

Pasalna, tidak hanya membiayai infrastruktur, bank NTT juga membiayai program pemerintah daerah lainnya, serta menjadi pintu masuk bagi lembaga keuangan seperti pemberdayaan ekonomi yang dilakukan kementerian. Dengan demikian, dana yang dikucurkan ke masyarakat bukan lagi dana pemerintah, melainkan dana bank.

Menurut Marius, saat ini ekonomi NTT masih lebih banyak digerakan dari luar daerah. Dampaknya terjadi capital flight mencapai triliunan rupiah. “Gubernur NTT ingin mengurangi ketergantungan pasokan dari luar daerah tersebut,” ujarnya.

Kebijakan itu yang kemudian melahirkan pembentukan masyarakat ekonomi NTT yang intinya menjadikan masyarakat tidak hanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen. “Di Flores berton-ton pisang diangkut ke luar NTT, dua minggu kemudian kembali lagi ke NTT dalam bentuk kripik pisang,” kata Marius Jelamu. (gma)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.