Bank Indonesia Gelar Pameran Virtual Museum di Kupang

  • Whatsapp
Foto: Dok BI KPw NTT

Kupang – Bank Indonesia menggelar pameran virtual museum di Kupang, Nusa Tenggara Timur sebagai rangkaian dari kegiatan Gema Edukasi Beta Sayang Rupiah (Gebyar Rupiah) untuk menjaga kedaulatan rupiah di perbatasan negara.

Pemeran dimulai sejak Sabtu (6/11) sampai 30/11), sedangkan Gebyar Rupiah sudah berlangsung sejak Oktober dan akan berakhir pada Desember 2021. Pameran virtual museum dibuka Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT I Nyoman Ariawan Atmaja bersama Wali Kota Kupang Jefri Riwu Kore.

“Rupiah sebagai satu-satunya mata uang yang sah dan berlaku di Indonesia merupakan salah satu bentuk kedaulatan negara. Untuk menjaga kedaulatan tersebut, peran serta seluruh masyarakat sangat diperlukan untuk sama-sama mencintai, memahami, dan bangga akan rupiah,” kata I Nyoman Ariawan Atmaja, Sabtu (6/11).

Melalui kegiatan ini, pengunjung bisa mengikuti virtual tour experience yang dipandu oleh guide Museum Bank Indonesia, menjelajah rupiah web experience, Museum Bank Indonesia virtual reality experience, fun games quizziz cinta, bangga, dan paham rupiah, hiburan live acoustic music, virtual show case koleksi Museum Bank Indonesia

Menurut Nyoman, poin pertama yanp ingin disampaikan adalah cinta rupiah, yakni masyarakat memiliki kecintaan untuk mengenali filosofi rupiah, merawat rupiah, dan menjapa diri dengan pengetahuan agar dapat terhindar dari kejahatan pemalsuan uanp.

Bangga Rupiah bertujuan agar masyarakat memiliki rasa bangpa terhadap rupiah dengan menjapa kedaulatan rupiah sebagai simbol negara yang berdaulat dengan menppunakannya dalam transaksi dan memaknainya sebagai alat pemersatu bangsa.

Dengan memahami rupiah sesuai fungsinya, dapat diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, seperti ketika melakukan transaksi pembayaran, berbelanja dengan rupiah, dan menpoptimalkan nilai rupiah. Menurut Nyoman, Bank Indonesia juga selalu mengedepankan efisiensi dan kepentingan nasional dalam merumuskan kebijakan terkait Pengelolaan Uang rupiah.

Adapun perkembangan inflow pada triwulan III 2021 di NTT tercatat mengalami kontraksi sebesar 16,66% (yoy), dengan posisi outflow uang tunai yang juga mengalami kontraksi sebesar 23,92% (yoy).

Kendati terdapat perlambatan transaksi dengan menggunakan uang tunai akibat pemberlakuan PPKM Level 4 di NTT beberapa bulan sebelumnya, level inflow dan outflow tersebut selalu dijaga guna menjamin ketersediaan uang rupiah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Bank Indonesia bersama dengan para stakeholders khususnya dari pihak perbankan, juga selalu berusaha untuk menjaga ketersediaan uang di seluruh pelosok daerah, sekaligus menjaga agar kualitas uang yang beredar di masyarakat adalah memang uang yang betul-betul layak edar (ULE). “Berbagai upaya telah kami lakukan, di antaranya melalui program BI Jangkau, Kas Titipan, hingga Kas Keliling, untuk memastikan bahwa masyarakat memiliki akses terhadap uang Rupiah dengan kualitas yang baik,” tandasnya. (mi)

Komentar ANDA?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published.